SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Momen wisuda biasanya dirayakan bersama orang tua. Namun, Aida Mahmudah, wisudawati S1 Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), mengalami hal berbeda. Ia menjalani wisuda tanpa orang tua, yang telah meninggal saat ia masih berkuliah.
Kisah Aida menginspirasi karena ia berhasil meraih prestasi gemilang meski menghadapi tantangan ekonomi dan kehilangan orang tua sejak dini.
Aida tumbuh dalam kesederhanaan. Ayahnya menderita stroke sejak ia kelas 6 SD, sehingga ibunya harus menjadi tulang punggung keluarga dengan berjualan balon keliling.
"Satu balon 3 ribu, kalau ramai dapat 50 ribu sehari, kalau sepi hanya 15 ribu," kenang Aida.
Meski demikian, kedua orang tuanya selalu mendorong Aida untuk bersekolah. Prestasi akademik Aida yang gemilang sejak SD hingga SMA menjadi bukti tekadnya. Karena keterbatasan biaya, Aida melanjutkan pendidikan di yayasan panti asuhan sejak SMP.
"Hampir putus sekolah, untung ada yayasan yang menerima, saya juga kerja di pasar," tambahnya.
Tragedi menerpa Aida saat semester 3 kuliah. Ayahnya meninggal, disusul ibunya setahun kemudian. Sejak itu, Aida hidup mandiri.
Sebagai anak terakhir dari lima bersaudara, ia harus berjuang sendiri. Dua kakaknya, yang juga berkuliah berkat beasiswa, telah berkeluarga.
Kehilangan orang tua tak mematahkan semangat Aida. Ia memulai usaha mainan anak online dan donat ("Tatakies") untuk membiayai kuliah. Meski demikian, ia tetap berprestasi sebagai penerima beasiswa KIP-K dan menjadi wisudawati terbaik di Fakultas Teknik.
Puncak prestasinya adalah penghargaan Juara 1 Pemuda Pelopor Surabaya bidang inovasi Teknologi tahun 2024 berkat rancang bangun alat prototipe kursi roda berbasis panel surya dan IoT yang ia sumbangkan ke Pemkot Surabaya.
Aida juga aktif dalam berbagai perlombaan, antara lain Juara 1 Lomba Puisi MTK dan Islamic Short Story (2022), Juara 1 Poster Islami (2022), Juara 1 Electrical Orientation (2021), dan Juara 1 Puisi English Ramadhan (2021). Ia juga pernah menjadi finalis PIM dan meraih juara 3 di beberapa kompetisi.
"Terima kasih UM Surabaya untuk kesempatan menempuh pendidikan gratis," ucap Aida. Ia berpesan agar anak yatim piatu tetap semangat meraih cita-cita.
"Pertolongan Allah bisa datang lewat siapa saja, asal tekun dan bersungguh-sungguh," tambahnya.
Kini, Aida fokus mempersiapkan studi lanjut dengan beasiswa dan mengikuti pelatihan sertifikasi di bidang teknik elektro.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait