SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Menyambut bulan suci Ramadhan, komunitas lingkungan ECOTON bersama Aksi Biroe dan Six for Nature menggelar aksi kampanye “Puasa Plastik Sekali Pakai” di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa (25/2/2025). Aksi ini bertujuan mengajak masyarakat mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, terutama selama bulan Ramadhan, di mana konsumsi plastik cenderung meningkat.
Aksi tersebut juga menampilkan instalasi kran air raksasa yang mengeluarkan sampah plastik, simbolisasi dari “kran sampah plastik” yang perlu segera ditutup.
“Untuk menghentikan banjir sampah plastik di Indonesia, kita perlu menutup krannya. Menutup kran berarti kita harus berhenti mengonsumsi wadah plastik sekali pakai, industri harus berhenti memproduksinya, dan pemerintah harus membuat regulasi larangan penggunaan plastik sekali pakai," tegas Nuril, mahasiswi UIN Sunan Ampel, salah satu peserta aksi.
"Jika hanya membersihkan sampah plastik tanpa menghentikan sumbernya, itu seperti mengepel lantai yang banjir tanpa menutup kran airnya,” sambungnya.
Aksi tersebut digelar sebagai respons atas krisis sampah plastik yang semakin mengkhawatirkan di Indonesia. Berdasarkan data Sustainable Waste Indonesia, 69% sampah penduduk Indonesia berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), dengan total 36 juta ton sampah per tahun.
Sayangnya, sebagian besar TPA di kota-kota besar seperti Bandung, Yogyakarta, dan Malang masih menggunakan sistem open dumping, yang telah dilarang sejak UU Nomor 18 Tahun 2008. Saat ini, 306 dari 550 TPA di Indonesia masih menerapkan sistem ini, dan pemerintah menargetkan penutupan seluruh TPA open dumping hingga akhir 2025.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 menunjukkan bahwa hanya 10% sampah plastik yang terkelola, sementara 90% berakhir di TPA atau terbuang ke lingkungan seperti sungai, laut, dan tanah. Indonesia bahkan tercatat sebagai penyumbang sampah plastik terbesar ketiga di dunia setelah India dan Nigeria.
Setiap penduduk Indonesia diperkirakan mengonsumsi 15 gram mikroplastik per bulan, yang berdampak serius pada kesehatan manusia dan ekosistem.
Penelitian oleh ECOTON dan Greenpeace mengungkapkan bahwa mikroplastik telah ditemukan di 15 organ tubuh manusia, termasuk darah, jantung, ginjal, paru-paru, otak, dan bahkan plasenta. Mikroplastik dapat menyebabkan inflamasi, kerusakan organ, penurunan fungsi kognitif, dan gangguan sistem reproduksi.
“Mikroplastik telah menjadi bagian dari hidup kita. Bisa jadi, warisan yang kita tinggalkan untuk anak cucu bukan lagi harta atau tanah, melainkan sampah plastik,” ujar Prigi Arisandi, Direktur ECOTON.
Bulan Ramadhan dinilai sebagai momen tepat untuk memulai perubahan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Khansa, mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, menegaskan, sebagai generasi muda harus menjadi agen perubahan.
"Puasa plastik sekali pakai selama Ramadhan adalah langkah kecil yang bisa berdampak besar. Kami tidak ingin ini hanya jadi perayaan semata, tapi aksi nyata,” ucapnya.
Komunitas lingkungan mendorong masyarakat dan pemerintah untuk mengambil langkah konkret, seperti mengurangi penggunaan produk plastik sekali pakai, memilih produk isi ulang (refill) dan membawa wadah sendiri saat berbelanja, memilah sampah dari rumah, menghabiskan makanan dan mengompos sisa makanan, serta mendukung penghentian produksi plastik murni (virgin plastic) pada tahun 2030.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meskipun 72% masyarakat Indonesia masih abai terhadap masalah sampah (BPS 2024), tragedi seperti longsor TPA Leuwigajah (2005) yang menewaskan 143 orang dan kebakaran TPA Suwung (2019-2020) menjadi pengingat betapa seriusnya dampak mis-manajemen sampah.
Pemerintah didorong untuk memperbaiki sistem pengelolaan sampah, sementara industri diminta transparan tentang kandungan bahan kimia dalam kemasan produk mereka.
“Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk refleksi dan perubahan. Mari jadikan momentum ini untuk mulai mengurangi sampah plastik, demi bumi yang lebih sehat dan masa depan yang berkelanjutan,” pungkas Nuril.
Dengan meningkatnya kesadaran akan bahaya sampah plastik, diharapkan aksi “Puasa Plastik Sekali Pakai” dapat menjadi gerakan massal yang mendorong perubahan kebijakan dan perilaku masyarakat menuju Indonesia yang lebih bersih dan bebas plastik.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait