Dengan pergerakan penumpang Suroboyo Bus mencapai 2 juta per tahun dan Wira-Wiri 1,42 juta per tahun, Eri meyakini dunia usaha akan tertarik untuk berkolaborasi. Selain itu, dengan 73 halte dan 838 bus stop di Kota Pahlawan, peluang monetisasi hak penamaan halte juga sangat besar.
"Misalnya, halte yang melayani puluhan ribu pengguna per tahun bisa dimonetisasi untuk mendukung operasional. Skema seperti ini sudah terbukti berhasil di banyak kota besar, termasuk Jakarta dan luar negeri," tambah Eri.
Eri juga mencontohkan beberapa halte TransJakarta yang sudah memiliki sponsor, seperti Bundaran HI Astra, Senayan Bank DKI, Widya Chandra Telkomsel, hingga Petukangan D’Masiv. Bahkan, beberapa stasiun MRT juga telah disponsori oleh merek ternama, seperti Cipete Raya Kopi Tuku dan Fatmawati Indomaret.
Sebagai langkah awal, Eri mengusulkan agar Surabaya mencoba menjalin kerja sama dengan Bernadya, penyanyi muda asal Surabaya.
"Mungkin kita bisa memberikan hak penamaan halte tertentu kepada Bernadya, sekaligus menjadikannya duta transportasi publik Surabaya. Ini bisa menjadi langkah strategis untuk menarik perhatian masyarakat, khususnya anak muda," ujarnya.
Lebih dari sekadar monetisasi, Eri menekankan bahwa pendapatan non-tiket juga bertujuan untuk memperkuat ekosistem transportasi publik.
"Bukan hanya soal uang, tetapi bagaimana mengolaborasikan semua pihak agar transportasi publik di Surabaya semakin diminati dan berkembang secara berkelanjutan," pungkasnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait