Tangis bahagia Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi pecah kala menyaksikan Pasar Turi Baru dibuka. Pembukaan Pasar Turi ini memang memiliki kesan tersendiri bagi Eri Cahyadi, karena ia memosisikan sebagai pelaku dalam pembangunan dan mengetahui secara pasti bagaimana sulitnya pedagang masuk.
Saat ini, setelah dirinya memimpin Surabaya, pedagang bisa berjualan kembali. Satu kebanggan jika dibandingkan dengan pemimpin sebelumnya. Sikap luwes yang dimiliki Eri mampu meluluhkan pengelola Pasar Turi dan pedagang. Dimana keduanya selama ini tidak menemui titik temu untuk bisa memanfaatkan Pasar Turi Baru.
Sebagai rasa syukur, prosesi pembukaan dimulai dengan pengajian dan tasyakuran. Berlangsung di halaman parkir Pasar Turi Baru, pria yang akrab disapa Cak Eri ini ngaji bersama para tokoh ulama, kiai, para pedagang, pihak PT Gala Bumi Perkasa sebagai investor pengelola pasar hingga sejumlah pejabat di lingkungan Pemkot Surabaya.
Usai ngaji, Cak Eri menyampaikan sambutan di hadapan peserta pengajian. Ia bercerita, sejak menjabat Wali Kota Surabaya, permasalahan di Pasar Turi menjadi salah satu fokus pihaknya yang akan diselesaikan.
Setelah melakukan sejumlah persiapan hingga pembahasan bersama pedagang, pengelola hingga stakeholder terkait, akhirnya pihaknya menentukan tanggal pembukaan. "Awalnya, pembukaan akan dilakukan tanggal 22 Maret, kebetulan harinya Selasa," kata Cak Eri di hadapan peserta pertemuan.
"Namun, kami akhirnya ingin dipercepat sehari, menjadi Senin. Sebab, berdasarkan penjelasan ulama, hari Senin itu hari baik, apalagi kalau dengan diawali lewat doa. Sesuatu yang diawali dengan kebaikan, Insya Allah berjalan baik," kata Cak Eri.
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini hafal benar bagaimana lika-liku pedagang di Pasar Turi Baru. Berawal dari korban kebakaran di tahun 2008, lantas mereka berjualan di Tempat Penampungan Sementara (TPS) sejak 2009 dengan kondisi seadanya.
Sebenarnya, pembangunan gedung baru sudah selesai beberapa tahun lalu. Namun, karena tak ada titik temu antara pedagang dan pengelola, akhirnya pedagang nekad bertahan di TPS hingga saat ini.
Untuk itulah, Eri menyebut tujuan pemerintah hadir. "Ini waktunya kita mengedepankan gotongroyong dan saling menghormati. Sudah cukup masalah selama ini," katanya.
Tak lama, ia sejenak menghentikan sambutannya. Menarik nafas panjang, ia mengusap matanya. “Saya gak lilo (saya tidak rela), kalau melihat orang Surabaya sik susah (masih susah). Saya nggak rela," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Suasana menjadi haru. Hening seketika. Peserta jemaah lantas meneriakkan sholawat. "Allahumma sholli alaih," teriak seorang peserta yang lantas disambut jemaah lain dengan sholawat, "Allahumma sholli wasallim ‘alaih."
Selain pengajian, acara juga diisi dengan penyerahan potongan tumpeng dari Cak Eri kepada perwakilan pedagang sebagai simbol penyerahan stan. Selain itu, juga ada pemotongan tumpeng.
Ditemui seusai acara, Cak Eri menjelaskan, bahwa acara tersebut sekaligus menjadi pertanda tenggat waktu berdirinya Tempat Penampungan Sementara (TPS). Selanjutnya, para pedagang diminta untuk masuk ke dalam bangunan baru Pasar Turi Baru.
Pemerintah kota akan membantu mengangkat barang dagangannya. Setelah itu, TPS dibongkar," kata Eri.
Sekalipun telah dibuka, pihaknya mengakui ada sejumlah masalah yang tersisa di antara pedagang dengan PT Gala Bumi. Misalnya, terkait pembiayaan. Ia menjelaskan, Pemkot Surabaya telah meminta pengelola untuk memberikan keringanan.
"Ketika membangun sesuatu harus gotong royong. Gendong indid. Sing sugih bantu sing lemah," katanya.
Prinsipnya, semua pedagang yang terdata oleh Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan (DKUKMP) Surabaya, akan masuk ke dalam pasar. "Inilah waktunya kita bangkit. Waktunya gotong royong dan kerja sama. Untuk itu, saya juga meminta doa para ulama, kiai, guru-guru kita, semoga Pasar Turi bisa kembali berjaya," tandas Eri.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait