SURABAYA – Hanugra Aulia Sidharta dan Diah Risqiwati, membuktikan bahwa pernikahan dan perjuangan akademik bisa berjalan beriringan. Pasangan suami-istri dari Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FTEIC) ITS ini resmi dikukuhkan sebagai doktor dalam Wisuda ke-131 ITS, Minggu (13/4).
Kiki, sapaan akrab Diah Risqiwati, memulai studi doktoralnya di ITS pada 2019, sementara Hanugra menyusul setahun kemudian. Meski memiliki fokus riset berbeda—Kiki di pengolahan sinyal dan Hanugra di pengolahan citra—mereka saling mendukung hingga meraih gelar bersama.
"Meski bidang riset berbeda, kami bisa menjalaninya bersama," ujar Kiki tersenyum.
Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery Purnomo, M.Eng., keduanya menghadapi tantangan berat ketika Hanugra mengalami ablasio retina di kedua matanya antara 2021-2022, yang mengharuskannya menjalani tujuh kali operasi.
"Saya meyakinkan suami, kalau pun ia sulit melihat, saya yang akan menjadi indra penglihatannya," kenang Kiki.
Selama masa pemulihan Hanugra, Kiki menjadi "mata" dan pendamping setia, membantunya membaca jurnal hingga menyiapkan presentasi.
"Di lab, kami dijuluki Habibie dan Ainun," canda dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.
Perjuangan mereka akhirnya berbuah manis dengan sejumlah pencapaian gemilang. Pada awal tahun 2023, pasangan ini berhasil meraih hibah riset ke Shibaura Institute of Technology (SIT) di Jepang, sebuah kesempatan berharga untuk mengembangkan penelitian mereka di tingkat internasional.
Tak hanya itu, Pasutri Doktor ITS ini juga sukses mempublikasikan masing-masing dua jurnal internasional bereputasi tinggi, dengan satu jurnal terindeks Q1 dan satu lagi terindeks Q2.
Puncak perjuangan mereka adalah ketika berhasil menjalani sidang promosi doktor di hari yang sama, kemudian menyelesaikan perjalanan akademis mereka dengan wisuda bersama dalam acara yang sama.
Bagi Hanugra, kunci suksesnya adalah komitmen dan keseimbangan. "Kuliah lebih dari sekadar riset, tapi juga menguatkan kita sebagai manusia," tutur dosen Binus Malang ini.
Kisah mereka mencerminkan SDGs poin ke-4 (Pendidikan Berkualitas), membuktikan bahwa pendidikan bisa dicapai dalam kondisi apa pun dengan kolaborasi dan ketekunan.
"Kelulusan ini bukan sekadar pencapaian akademik, tapi lambang keberhasilan atas tantangan hidup yang kami hadapi bersama," pungkas Hanugra.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait