Menurut Johannes, kunjungan ini bertujuan memetakan kebutuhan energi kawasan industri dan mengidentifikasi tantangan nyata dalam penyediaan energi hijau yang efisien dan berkelanjutan.
Peneliti Fraunhofer ISI, Prof. Martin Pudlik, menyoroti pentingnya pengelolaan data konsumsi energi secara akurat sebagai dasar penyusunan strategi efisiensi. “Di Jerman, data yang presisi menjadi kunci dalam menciptakan sistem energi yang realistis dan aplikatif,” jelasnya.
Sementara itu, Didik Prasetiyono menyebut regulasi sebagai tantangan utama dalam adopsi energi terbarukan di kawasan industri. “Banyak inisiatif energi bersih yang terhambat oleh kebijakan yang belum fleksibel dan proses perizinan yang masih kompleks,” ungkapnya.
Praptono Adhi Sulistomo dari Ditjen EBTKE pun mengakui hal serupa. Menurutnya, pemerintah sedang mengkaji ulang berbagai regulasi untuk membuka ruang akselerasi pembangunan infrastruktur energi hijau di Indonesia.
Usai sesi diskusi, delegasi meninjau Industrial Operations Hub (IOH) milik PT SIER yang menjadi pusat pengendalian operasional kawasan industri. Mereka juga mengunjungi Instalasi Pengolahan Air Limbah (WWTP) yang menjadi bagian penting dari komitmen lingkungan SIER.
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan, Didik Prasetiyono turut menghadiri Kick-Off Meeting Proyek SETI di Hotel Double Tree, Surabaya. Acara tersebut dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna; Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah Kemendagri, Edison Siagian; serta Sekda Kota Surabaya, Dr. Ikhsan, mewakili Wali Kota Surabaya.
Program SETI menjadi harapan baru bagi pengembangan energi terbarukan di kawasan industri, sekaligus memperkuat posisi Surabaya sebagai pionir kota ramah energi di Indonesia.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
