Harvest Day menggabungkan pembelajaran lintas disiplin: biologi, kewirausahaan, hingga pendidikan karakter. Siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga praktik langsung—dari menyemai, menyiram, mencatat pertumbuhan, hingga menyusun laporan keuangan.
Setelah panen, hasil sayuran ditimbang dengan timbangan digital, dikemas rapi, dan dijual dengan harga Rp2.500 per 100 gram. Proses penjualan dilakukan langsung oleh siswa kepada warga sekolah, mulai dari guru, staf, hingga teman-teman dari kelas lain.
SMA Wijaya Putra Surabaya gelar Harvest Day panen sayuran hidroponik di rooftop sekolah, ajarkan siswa kewirausahaan dan cinta lingkungan. Foto iNEWSSURABAYA/filsa
Beberapa siswa bahkan aktif melakukan promosi ke ruang guru dan kantin. Aktivitas ini menjadi latihan komunikasi dan simulasi pasar nyata yang menyenangkan dan edukatif.
“Senang karena bisa menanam, memanen, dan belajar langsung tentang hidroponik. Seru banget!” ungkap Vivit, salah satu siswi peserta kegiatan.
Respons dari warga sekolah sangat positif. Dalam waktu singkat, hampir semua sayuran ludes terjual. Kegiatan ini sukses membangun rasa percaya diri dan kebanggaan terhadap hasil kerja keras siswa sendiri.
“Harapannya ke depan, semoga tanaman yang dipanen lebih banyak dan variatif, agar makin menarik dan bermanfaat,” kata salah satu peserta.
Keberhasilan program hidroponik ini menjadi bukti bahwa pendidikan kontekstual bisa diwujudkan di luar ruang kelas. Dengan pendekatan kreatif dan berkelanjutan, SMA Wijaya Putra Surabaya terus mendorong siswanya menjadi pribadi yang mandiri, inovatif, dan peduli lingkungan.
Kegiatan Harvest Day diharapkan dapat menjadi contoh inspiratif bagi sekolah-sekolah lain untuk menerapkan pembelajaran berbasis proyek yang nyata, menyenangkan, dan berdampak langsung bagi siswa dan lingkungan.
Penulis:
Salsabila
Jurnalis SMA Wijaya Putra Surabaya
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
