Open Casting Film FOUFO Buka Peluang Talenta Daerah Tembus Industri Perfilman Nasional

Ali Masduki
Open Casting Film FOUFO Buka Peluang Talenta Daerah Tembus Industri Perfilman Nasional Lebih dari 2.000 peserta dari berbagai daerah di Jawa Timur ikut open casting film FOUFO yang digelar di Kaza Mall pada Minggu (20/4). Foto: iNewsSurabaya/Ali Masduki

SURABAYA - Di tengah hiruk-pikuk open casting film FOUFO yang digelar di Kaza Mall pada Minggu (20/4), tersimpan semangat besar untuk menghadirkan wajah baru perfilman Indonesia yang lebih inklusif, membumi, dan kaya akan budaya lokal. 

Lebih dari 2.000 peserta dari berbagai daerah di Jawa Timur ikut ambil bagian dalam audisi ini, menandai pergeseran penting bahwa dunia perfilman kini tidak lagi hanya berpusat di Jakarta.

Film FOUFO, hasil kolaborasi SKAK Studios bersama Sinemart, mengangkat kisah unik seorang pengepul rongsokan asal Madura yang menemukan UFO misterius. Sutradara Bayu Skak menegaskan bahwa pendekatan lokal menjadi kunci utama dalam pembuatan film ini.

“Kami ingin menunjukkan bahwa kisah dari masyarakat Madura pun bisa dikemas dalam balutan genre fiksi ilmiah yang segar, lucu, dan tetap menyentuh,” ujar Bayu Skak kepada media usai acara open casting.

Bayu juga menekankan bahwa proses seleksi tidak didasarkan pada popularitas atau jumlah pengikut media sosial para peserta. 

“Kami tidak menilai dari jumlah pengikut media sosial, tapi dari keberanian, kualitas akting, dan kemampuan membawakan karakter,” tambahnya.

Pendekatan ini membuka peluang bagi talenta-talenta daerah untuk bersinar di panggung nasional melalui karya-karya berkualitas tanpa harus terjebak pada standar industri konvensional.

Wakil Wali Kota Surabaya sekaligus pemeran dalam film FOUFO, Armuji memberikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif ini. 
“Ini bukan hanya tentang film, tapi tentang membuka jalan bagi pemuda-pemudi daerah untuk berkarya dan dilihat secara nasional,” katanya.

Pemkot Surabaya pun menyatakan dukungan penuh terhadap produksi film tersebut sebagai upaya mempromosikan budaya lokal sekaligus menciptakan lapangan kerja kreatif bagi masyarakat setempat.

David S. Suwarto selaku Eksekutif Produser Sinemart menjelaskan pentingnya eksplorasi budaya lokal sebagai kekuatan utama proyek ini. 

“Kami ingin menjadikan FOUFO sebagai bukti bahwa film berkualitas bisa lahir dari kolaborasi lintas daerah. Energi lokal itulah yang membuat cerita jadi lebih autentik dan membumi,” ujarnya.

SKAK Studios sendiri telah dikenal lewat karya-karya seperti Yowis Ben dan serial Lara Ati yang mengangkat identitas daerah secara kuat. Dengan FOUFO, mereka melangkah lebih jauh dengan menggabungkan unsur fiksi ilmiah ke dalam cerita berlatar budaya Madura — sebuah genre langka dalam perfilman Indonesia saat ini.

Syuting dijadwalkan mulai Mei 2025 dengan lokasi pengambilan gambar utama berada di wilayah Surabaya Utara — area urban khas yang belum banyak tereksplorasi oleh sinema nasional sebelumnya. Hal ini semakin memperkuat harapan agar sinema Indonesia dapat berkembang menjadi lebih beragam serta dekat dengan akar budaya Nusantara.

Editor : Ali Masduki

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update