Kompetisi ini digelar dalam dua tahapan seleksi, yaitu presentasi ide/karya dan kunjungan lapangan. Di tahap akhir, dewan juri meninjau langsung pelaksanaan program peserta untuk memastikan kontribusi nyata terhadap masyarakat sekitar.
“Pemuda Pelopor bukan sekadar ajang adu ide, tetapi juga ajang kolaborasi dan pembelajaran antar pelopor muda,” terang Erringgo Perkasa, Kepala Bidang Kepemudaan Disporapar Surabaya.
Pemerintah Kota Surabaya menaruh harapan besar pada lima perwakilan ini agar bisa lolos ke tingkat nasional. “Kami siapkan pendampingan intensif, agar mereka tampil maksimal di provinsi dan melaju ke tingkat nasional,” ujar Erringgo.
Sepuluh pemuda Surabaya bersaing sebagai Pemuda Pelopor 2025, mereka melakukan inovasi di bidang pendidikan, teknologi, dan pangan serda sumber daya alam. Foto iNEWSSURABAYA/hendro
Salah satu pemenang, Ade Dwi Cahyo Putra, mengangkat gerakan sosial bertajuk Tunanetra Mengaji, sebuah inisiatif yang bertujuan menekan angka buta huruf Al-Qur’an di kalangan penyandang tunanetra.
“Saya berharap Pemerintah Kota Surabaya bisa mendukung gerakan ini. Di Indonesia, 95% tunanetra masih buta huruf Qur’an. Surabaya bisa jadi pelopor perubahan,” ucap Ade dengan penuh semangat.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
