Menteri Pertahanan Berpangkat Jenderal Turun Tangan Taklukkan Preman di Tanjung Periok

Arif Ardliyanto
Jenderal TNI Andi Muhammad Jusuf Amir turun tangan untuk menaklukan preman di Tanjung Periok

Aksi premanisme yan berada di Tanjung Periok membuat pemerintah pusing. Presiden Jokowi juga memerintahkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit untuk memberantas preman yang masih marak melakukan aksi-aksi brutalnya.

"Saya mendapatkan keluhan yang saya lihat dari media sosial, terutama driver banyak yang mengeluh karena urusan bongkar muat," ucap Jokowi dikutip dari rilis Biro Pers Sekretariat Presiden.

Perintah Jokowi tersebut langsung dibuktikan dengan ditangkapnya puluhan preman di Tanjung Priok dan sekitarnya. Mayoritas dari preman yang ditangkap itu merupakan karyawan yang bekerja di perusahaan. Mereka mencoba bermain-main dengan proses bongkar muat yang dilakukan di sana.

Keberadaan preman di Tanjung Periok bukan hanya saat ini saja. Namun mereka ada mulai zaman dulu. Bahkan saking lamanya, pernah ada dua sosok preman yang melegenda, mereka adalah Lagoa dan Haji Tjitra bin Kidang.

Mengutip Sejarah Jakarta keduanya menguasai Tanjung Priok sekitar tahun 1920 dan 1950an. Lagoa merupakan tokoh masyarakat Bugis yang bernama asli Labuang De Passore.

Haji Tjitra bin Kidang namanya malang melintang sebagai penguasa Pelabuhan Tanjung Priok sejak akhir tahun 1920an yang direbutnya melalui pertarungan sengit dengan jago yang juga berasal dari Banten.

Kedua jagoan berbeda etnis ini sempat bertikai memperebutkan wilayah kekuasaan. Nama keduanya kala itu mengisi pemberitaan di koran-koran Ibu Kota. Perseteruan dua jago tersebut berakhir dengan cerita bahagia. Kedua jagoan ini menjadi juru perdamaian peredam konflik di antara kelompoknya, bahkan dengan komunitas etnis lainnya.

Puncaknya saat ditandai dengan diangkatnya Lagoa menjadi menantu oleh Haji Tjitra bin Kidang sebagai wujud perdamaian dan persaudaraan antara etnis Banten dan Bugis-Makassar di Tanjung Priok.

Namun, sepeninggal keduanya aksi premanisme semakin meluas hingga ke luar daerah pelabuhan. Hingga di pertengahan tahun 60an terjadi konflik besar yang memakan banyak korban jiwa antar beberapa etnis penguasa daerah kekerasan di Tanjung Priok.

Aksi kekerasan ini-pun sampai melibatkan pejabat tinggi militer yang juga tokoh masyarakat Bugis saat itu, yaitu Jenderal TNI Andi Muhammad Jusuf Amir dan Kolonel TNI Ahmad Daeng Setoedjoe untuk mendamaikan kedua kelompok yang bertikai.

Jenderal Jusuf merupakan salah satu keturunan bangsawan dari suku Bugis. Hal ini dapat dilihat dengan gelar Andi pada Namanya. Namun dia melepaskan gelar kebangsawanannya pada tahun 1957 dan tidak pernah menggunakannya lagi.


Jenderal TNI Andi Muhammad Jusuf Amir turun tangan untuk menaklukan preman di Tanjung Periok

Dia juga pernah menjabat sebagai Panglima ABRI merangkap Menteri Pertahanan dan Keamanan. Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan juga Ketua Badan Pemeriksa Keuangan.

Meskipun masih ada aksi premanisme, namun Tanjung Priok yang kita kenal sekarang, sudah berubah jauh dan tidak sekeras dahulu, beragam etnis tinggal disana hidup dengan rukun.

Editor : Arif Ardliyanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network