Ikhsan menyampaikan apresiasi tinggi kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan ICE dan festival seni ini. Ia menegaskan bahwa penghargaan yang diberikan bukan semata-mata soal menang, tetapi lebih kepada penyemangat untuk tahun-tahun mendatang.
“Semua peserta luar biasa. Penghargaan ini adalah motivasi agar kita terus berinovasi dan berkolaborasi lebih baik ke depannya,” katanya.
Direktur PT Kinarya Cipta Kreasi selaku penyelenggara, Windu Wijaya, mengungkapkan bahwa proses penilaian dilakukan secara objektif dan tersembunyi pada hari kedua dan ketiga oleh empat dewan juri dari kalangan praktisi, akademisi, APEKSI, dan penyelenggara pameran.
Salah satu juri adalah Boediono MBA, Wakil Ketua DPD Asperapi Jatim, dan Thomas Ari Kristianto dari ITS. Kriteria penilaian meliputi desain stan, luas area, hingga orisinalitas penyajian.
Sementara untuk Indonesia International Arts Festival 2025, penilaian dilakukan oleh tiga juri dari kalangan pelaku seni yang menilai penampilan peserta selama tiga hari berturut-turut.
Windu juga menyampaikan terima kasih kepada Pemkot Surabaya, khususnya kepada Wali Kota Eri Cahyadi atas dukungan penuh. Ia menyebut bahwa acara berjalan lancar, ramai pengunjung, dan meninggalkan kesan positif.
“Mohon maaf jika ada kekurangan, tapi secara umum acara ini sangat sukses. Tahun depan kemungkinan besar akan digelar di Kota Medan,” ujarnya.
Sebagai informasi, Munas VII APEKSI 2025 di Surabaya berlangsung pada 6–10 Mei dan mencakup berbagai kegiatan, seperti: Youth City Changers (6–7 Mei), Forum Komunikasi Digital (7 Mei), Munas VII (8–9 Mei), Ladies Program & City Tour (8 Mei), Dinner di Kenjeran (8 Mei), Indonesia City Expo (8–10 Mei), Karnaval Budaya (9 Mei) dan Mayor's Fun Match Football (10 Mei).
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
