SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Gedung Kesenian Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, semalam menyaksikan pementasan drama tari modern "Urban Youth: Rebellion in Wilwatikta". Pertunjukan ini mengangkat kisah Dyah Gayatri, permaisuri Raden Wijaya, yang berperan krusial dalam menyelamatkan Majapahit dari kudeta pasca wafatnya Jayanegara.
Lebih dari sekadar pertunjukan seni, "Rebellion in Wilwatikta" menjadi jembatan bagi generasi muda untuk memahami sejarah lokal dan kepemimpinan perempuan di masa lalu.
Pementasan yang melibatkan 67 pemain, mayoritas mahasiswa Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya, menyajikan perpaduan apik antara sejarah, seni pertunjukan modern, dan teknologi.
"Kami memadukan berbagai disiplin seni," jelas Abing Santoso, Art Director pementasan.
Panggung menjadi ruang waktu, tubuh menjadi aksara sejarah, dan teknologi seperti layar LED, tata lampu 3D, dan audio menggelegar memperkuat visualisasi. Monolog dan dialog disampaikan langsung, bukan sulih suara, menambah keaslian pertunjukan.
Abing Santoso menambahkan, pertunjukan ini terinspirasi oleh minimnya peran figur ibu yang menjadi panutan bagi generasi Z dan Alpha saat ini.
"Gayatri adalah contoh perempuan hebat, seorang ahli strategi ulung," ujarnya.
Untuk menarik minat generasi muda, cerita sejarah dikemas secara kekinian dengan tetap mempertahankan unsur tradisi. Kostum para pemain, misalnya, 75% menggunakan motif tradisional Majapahit.
"Kami ingin pesan ini sampai ke anak muda perkotaan," tambah Abing.
"Pertunjukan ini memang kami rancang untuk generasi penerus, khususnya generasi Alpha, meskipun kami tak melarang generasi tua untuk menonton," lanjutnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait
