MAKASSAR, iNewsSurabaya.id - Kampung Adat Malasigi, sebuah permata tersembunyi di Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya, bersinar sebagai juara I Desa Wisata Rintisan dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024.
Keberhasilan itu tak lepas dari tangan dingin Manase Fami, Kepala Kampung sekaligus Ketua Lembaga Pengelola Hutan Kampung (LPHK). Ia telah berhasil mengembangkan potensi lokal menjadi ekowisata yang berkelanjutan.
Manase mengakui bahwa untuk mengembangkan wisata tidaklah muda. Banyak tantangan yang harus dihadapi, mengingat perbedaan budaya masyarakat Papua dengan daerah lain.
"Kami menghadapi banyak tantangan, karena masyarakat Papua memiliki budaya yang berbeda dengan daerah lain. Namun, kami bertekad untuk terus mengembangkan potensi wisata ini," ungkapnya dalam acara Media Gathering 2025 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (23/6/2025).
Perjalanan panjang Kampung Malasigi menuju kesuksesan ini dimulai sejak tahun 2008, dengan pengembangan sumber air panas yang terletak di sebuah sungai.
"Sumber air panas ini sangat sakral, dulunya hanya bisa diakses oleh tokoh adat," jelas Manase.
"Namun, dengan pembangunan jalan oleh Bapak Bupati Maluku, kami mulai mengembangkannya menjadi objek wisata," sambungnya.
Inisiatif ini kemudian berkembang menjadi sebuah kampung persiapan yang kini dikenal sebagai Kampung Malasigi, yang dihuni empat marga. Namun saat ini, pengelolaan wisata difokuskan oleh Marga Fami, sementara tiga marga lainnya masih berada di kampung induk, Kampung Klayili.
Proses pembelajaran berkelanjutan menjadi kunci keberhasilan Malasigi. Salah satu anggota keluarga, Riki Fami, mengikuti pelatihan pemandu wisata di Malagufuk, sebuah destinasi terkenal dengan lima jenis burung cenderawasih. Pengalaman tersebut kemudian diimplementasikan di Malasigi.
"Kami melakukan survei untuk mengidentifikasi potensi wisata, termasuk lima jenis burung cenderawasih, sumber air panas, gua, dan kerajinan anyaman dari para mama-mama," kata Manase.
"Bahkan, noken yang pernah saya berikan kepada Bapak Jokowi adalah hasil karya dari Malasigi," lanjutnya.
Perjuangan Kampung Malasigi tak berhenti di situ. Mereka telah mengikuti berbagai lomba dan kegiatan, meraih juara satu kategori Desa Perintis dan Pemuda Pelopor di tingkat provinsi dan pusat. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk NGO, akademisi, Pertamina, dan pemerintah provinsi dan kabupaten, juga menjadi faktor penting dalam keberhasilan ini.
Bantuan sebesar 100 juta rupiah dari Dinas Pariwisata Provinsi Papua Barat digunakan untuk membangun fasilitas wisata seperti menara pengamatan burung, jembatan, dan pembangkit listrik genset.
"Dulu kami hanya menggunakan obor, sekarang kami sudah memiliki penerangan 24 jam dan air bersih," ungkap Manase dengan penuh syukur.
Program "Mata Hati Malasigi," inisiatif Pertamina EP Papua Field dalam program Desa Energi Berdikari (DEB) Papua Community, berperan krusial dalam pengembangan ini. Program ini berfokus pada pemberdayaan masyarakat, peningkatan ekonomi, dan akses energi terbarukan.
Pertamina EP Papua turut serta dalam sosialisasi, pemasangan dan pendampingan teknologi, transfer pengetahuan, dan pembangunan PLTS serta sarana air bersih.
Melalui inovasi sistem pengelolaan hutan, transformasi sosial, peningkatan kemampuan berjejaring, dan peningkatan pendapatan dari ekowisata dan hasil hutan bukan kayu (HHBK), Kampung Adat Malasigi membuktikan bahwa pelestarian alam dan pemberdayaan masyarakat dapat berjalan beriringan, menghasilkan kisah sukses yang menginspirasi.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait
