SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap sektor strategis nasional dengan berkolaborasi bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Kerja sama ini menghasilkan tiga inovasi teknologi terdepan yang diproyeksikan untuk mempercepat pengembangan ekosistem sawit berkelanjutan di Indonesia. Ketiga inovasi ini merupakan hasil dari program Grand Riset Sawit (GRS) tahun 2023 yang didanai penuh oleh BPDPKS.
Salah satu inovasi yang paling menonjol adalah iFovib-G, sebuah robot cerdas ciptaan Maya Shovitri dari Departemen Biologi ITS. Robot ini memanfaatkan kombinasi teknologi foton dan getaran untuk mendeteksi penyakit Ganoderma boninense, penyakit mematikan bagi tanaman sawit, sejak dini.
"iFovib-G mampu mendeteksi penyakit bahkan sebelum gejala terlihat di permukaan batang, sehingga tindakan pencegahan dapat segera dilakukan dan kerugian dapat diminimalisir," jelas Maya.
Tantangan dalam pemanenan sawit juga dijawab ITS melalui inovasi Egrek Merah Putih, sebuah alat panen sawit digital karya Eng Erwin Widodo, dari Departemen Teknik Sistem dan Industri ITS.
Dilengkapi sensor sudut, sistem bantu potong, dan kamera pendeteksi tingkat kematangan buah berbasis machine learning, Egrek Merah Putih dirancang untuk meningkatkan efisiensi panen dan mengurangi ketergantungan pada alat impor.
"Inovasi ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani sawit," ujar Erwin.
Untuk mengatasi kendala pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS), ITS menghadirkan Electric Wheelbarrow, sebuah gerobak angkut listrik hasil pengembangan tim yang dipimpin Lila Yuwana dari Departemen Fisika ITS. Dengan sistem dua roda depan dan differential axle, gerobak ini mudah bermanuver di medan yang sulit.
"Electric Wheelbarrow juga dilengkapi panel surya untuk pengisian daya dan mampu menempuh jarak hingga 10 kilometer per pengisian," ungkap Lila. Keunggulan ini sangat membantu meringankan beban kerja petani.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait
