Busana yang dikenakan pun beragam. Siswa perempuan tampil anggun dengan kebaya, sementara siswa laki-laki mengenakan lurik atau baju adat lainnya. Para guru pun ikut berpartisipasi penuh, sehingga suasana sekolah pada hari Kamis terasa seperti pesta budaya.
Program Kamis Mlipis akan dijalankan secara konsisten setiap minggu dan menjadi salah satu implementasi visi sekolah yang berfokus pada budaya dan lingkungan. Harapannya, langkah ini bisa menginspirasi sekolah lain untuk menghidupkan kembali Bahasa Jawa Krama Inggil di tengah arus modernisasi.
SMP Wijaya Putra Surabaya Terapkan “Kamis Mlipis” untuk Lestarikan Bahasa Jawa Krama Inggil. Foto iNewsSurabaya/ist
Dengan kombinasi busana adat dan penggunaan bahasa daerah, SMP Wijaya Putra tak hanya mengajarkan materi pelajaran, tetapi juga membentuk karakter generasi muda yang berbudaya dan menghargai kearifan lokal.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
