Tepuk tangan dan sorak-sorai penonton terus mengiringi setiap penampilan. Para siswa menampilkan kreativitas tinggi dengan naskah, narasi, hingga penghayatan yang terasa nyata, seolah membawa penonton kembali ke masa perjuangan 1945.
Menjelang siang, dewan juri yang terdiri dari para guru mulai menilai penampilan peserta. Kriteria penilaian mencakup intonasi, kostum, ekspresi, kerja sama tim, serta pesan moral yang disampaikan. Persaingan berlangsung sengit karena setiap kelas memiliki kekuatan masing-masing.
Hasil akhirnya, kelas X.2 keluar sebagai juara pertama berkat jalan cerita yang menyentuh dan permainan emosi yang kuat. Juara kedua diraih oleh kelas XI.3 dengan konsep rapi dan penghayatan mendalam, sementara kelas X.1 menempati posisi ketiga dengan ide segar dan pesan inspiratif tentang semangat perjuangan masa kini.
Acara ditutup dengan pembagian hadiah dan ucapan selamat dari pihak sekolah. Suasana bahagia dan bangga terpancar dari wajah para peserta yang telah memberikan penampilan terbaik mereka.
Kepala sekolah berharap kegiatan ini tidak sekadar menjadi lomba tahunan, tetapi juga sarana membangun karakter dan kecintaan terhadap tanah air.
“Kami ingin siswa-siswi Wijaya Putra memahami bahwa menjadi pahlawan tidak harus angkat senjata. Cukup dengan semangat, kerja keras, dan kontribusi positif, mereka bisa menjadi pahlawan bagi lingkungannya,” tambah Andri.
Dengan semangat Hari Pahlawan, SMA Wijaya Putra membuktikan bahwa nilai perjuangan bisa terus hidup di hati generasi muda, bukan melalui pidato panjang, melainkan lewat seni yang menyentuh dan membangkitkan rasa bangga sebagai anak bangsa.
Penulis:
Novita Anggreeni, Jurnalis SMA Wijaya Putra Surabaya
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
