get app
inews
Aa Text
Read Next : Jelang Pilkada, KAI Daop 8 Surabaya Catat Lonjakan Penumpang

Kisah Mbah Tani, Puluhan Tahun Naik Kereta Api Jombang Surabaya Demi Sesuap Nasi

Jum'at, 24 Juni 2022 | 13:31 WIB
header img
Mbah Tani menunggu pembeli di Pasar Gubeng Masjid, Surabaya. (Foto: Ali)

SURABAYA, iNews.id - Kulit wajah dan jari-jemarinya tampak mengkerut. Namun semangat muda masih terlihat dari senyumnya kala menyambut calon pembeli.

Dia adalah Mbah Tani. Nenek 77 tahun yang menggelar dagangannya lapak semi permanen Pasar Gubeng Masjid Surabaya. Pasar rakyat di sisi timur selatan Stasiun Gubeng Surabaya.

Mbah Tani menjual berbagai hasil kebun. Seperti pisang, pepaya, polo pendem. Juga lontong sayur dan telur ayam kampung. Beberapa dagangan hasil kulakan. Sementara masakan ia racik sendiri. 

Keceriaan seolah enggan putus. Tuntutan hidup ia tanggalkan. Asal cukup bisa makan hari ini dan melakukan keseharian naik kereta api pulang pergi setiap hari. Bayangkan. Tiap hari dari Jombang ke Surabaya. Begitu pula sebaliknya. 

Dia bangun saat dini hari sebelum ayam berkokok. Pukul tiga pagi bergegas bersiap diri menuju stasiun Cukir Jombang. Biasanya ia diantar becak. Bayar Rp 20.000 dari rumahnya. 

Kemudian membeli tiket kereta api seharga Rp 15.000 dengan tujuan Stasiun Gubeng. Dari Gubeng ia masih harus membayar jasa becak Rp 15.000. Total biaya transportasi mencapai Rp 90.000 sehari. 

"Kadang lak mboten angsal yotro mlampah (kalau tidak dapat uang ya jalan, red)," ucapnya. 

Ia akan berjalan sambil menggendong dagangan dengan tubuh rentanya yang tak lagi tegak. Tapi ia tak pernah mengeluh. Empat puluh tahun sudah ia bersahabat dengan kondisi itu. 

"Ingin cari uang bisanya di sini. Kalau jualan di desa mboten payu (tidak laku, red). Kalau diutang orang kulo tagih muring-muring (kadang diutang orang tapi ditagih saya malah dimarahi, red)," ujar Mbah Tani, Jumat (24/6/2022). 

Ia ingin selalu berjualan dengan jujur. Tidak menjual mahal dagangannya. Bahkan untuk menaikkan nilai jual, misalnya. Mbah Tani akan mengolah telur bebek menjadi telur asin. 

Setiap jualan tak selalu dapat untung. Ia memang tak bisa menjual mahal. Kerap merugi jika harga kulak tinggi. 

"Kathah (banyak, red) rugine," kisahnya. 

 

Mbah Tani tidak memiliki keinginan muluk-muluk. Hidup ini ia jalani apa adanya. Mbah Tani juga berbagi resep sehat. Agar bisa kuat dan berumur panjang. 

Makan nasi beras, nasi jagung, sayur kangkung, sayur lembayung, buah pepaya mentah, dan bawang merah mentah. Ia juga tidak pernah menggunakan penyedap buatan. 

"Prei total (penyedap) sehat nak," pungkasnya.

Editor : Ali Masduki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut