Tidar Surabaya : Perempuan Setara Dengan Pria Dalam Politik

SURABAYA, iNews.id - Tunas Indonesia Raya (Tidar) akan memaksimalkan peran kaum hama dalam kancah politik tanah air. 

Sayap pemuda Partai Gerindra ini menilai, selama ini perempuan masih terkesan menjadi obyek ketimbang subyek politik.

Baca Juga

Nobar Film Sang Patriot, Tidar Lakukan Pendidikan Politik ala Anak Muda

"Dalam program saya ke depan, tentu juga memperhatikan isu gender. Tentu kami akan mengakomodasi peran perempuan dalam program mau pun kepengurusan," kata Dwi Wijayanto, Ketua PC Tidar Kota Surabaya.

Politisi muda yang akrab disapa Dokter Dwi ini mengungkapkan, Gerindra dan Tidar menempatkan perempuan setara dengan pria dalam politik. 

Hal itu dibuktikan dengan ruang politik dan kesempatan yang sama di dalam organisasi.

Baca Juga

Resmi Pimpim TIDAR Surabaya, Inilah Potret Dokter Dwi Wijayanto

Seperti Ketua Umum Tidar, dijabat seorang perempuan, yakni Rahayu Saraswati. Bahkan Rahayu juga diberi kepercayaan sebagai salah satu Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra.

"Suara perempuan sangat signifikan, tentu harus kami dengar dan akomodasi," ujar pemilik Wedding Organizer Maharagung itu.

Sementara itu Sekretaris PD Tidar Jawa Timur, Ahmad Maududi Maschan menjelaskan Dokter Dwi terpilih menjadi Ketua Tidar Surabaya dari lima nominator yang ada. 

Baca Juga

Prabowo Presiden Menggema di Kota Surabaya

Pihaknya, menilai yang bersangkutan punya kapasitas untuk memimpin Tidar di kota metropolis seperti Surabaya.

Menurut pengurus Ansor Jatim yang akrab disapa Gus Dodi tersebut, untuk kota metropolis seperti Surabaya dibutuhkan figur yang memiliki karakteristik khusus.

Diantaranya muda dan visioner. Menurutnya, syarat itu ada pada sosok Dokter Dwi 

Baca Juga

Tunas Indonesia Raya Ajak Pemuda Tentukan Masa Depan Bangsa

"Kami sangat selektif memilih ketua, sebab Tidar punya misi mendulang suara secara maksimal dari ceruk anak muda. Karena misi akhirnya menambah suara partai dan mengantarkan Pak Prabowo Subianto sebagai Presiden RI ke-8," tegas putera KH. Ali Maschan Moesa, tokoh NU Jawa Timur tersebut.
 

Editor : Ali Masduki