JOMBANG, iNews.id - Universitas Wijaya Putra (UWP) Surabaya konsisten meningkatkan ekonomi UMKM di Jawa Timur. Salah satu UMKM yang mendapat perhatian khusus berasal dari Jombang Jawa Timur.
Perhatian terhadap UMKM ini sebagai bukti konsistensi UWP sebagai penerima penghargaan perguruan tinggi yang secara konsisten dalam tiga tahun terakhir masuk 10 besar Penerima Hibah Pengabdian kepada Masyarakat.
Penghargaan tersebut menjadi motivasi tersendiri bagi para dosen untuk terus melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat secara baik sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan masyarakat dan UMKM. Salah satu kegiatan pengabdian yang dilaksanakan tahun 2022 ini berjudul “PKM Peningkatan Kapasitas Produksi dan Branding Produk Olahan Salak Berbasis Sumber Daya Lokal di Desa Kedungrejo Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang”.
Kegiatan pengabdian ini diketuai oleh Dr. Nugroho Mardi Wibowo, M.Si., serta beranggotakan Yuyun Widiastuti, S.E.,M.M dan Siswadi, ST., M.Si. Program pengabdian ini berskema Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, & Pengabdian kepada Masyarakat - Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, & Teknologi - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tahun anggaran 2022.
PKM ini dirancang guna memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh mitra (UD. Halwa Indoraya – Jombang) yang memiliki aneka produk olahan salak dengan merek Kunara.
Aneka produk olahan buah salak yang diproduksi mitra antara lain jenang salak, kopi salak, teh salak, sirup buah salak, keripik buah salah dan lain-lain. UD Halwa Indoraya beralamat di Jln Semangka No. 15 RT. 02 RW. 04 Desa Kedungrejo Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang.
Permasalahan utama yang dihadapi mitra adalah proses penghilangan duri dan pengupasan kulit salak dilakukan secara manual. Selama ini proses penghilangan duri dan pengupasan kulit salak dengan berat satu kwintal salak memerlukan tenaga kerja 4 orang dan lama waktu 1,5 hari.
Kondisi ini menunjukkan adanya inefisiensi waktu dan pemakaian tenaga kerja. Hal ini menyebabkan biaya produksi menjadi tidak efisien dan mitra mengalami kesulitan untuk meningkatkan kapasitas produksinya.
Atas dasar permasalahan tersebut, maka tim pelaksana PKM merancang dan membuat mesin pengupas kulit salak dengan dimensi panjang meja penyangga mesin 1,5 m, lebar 1 m, tinggi 60 cm, diameter tabung 60 cm dan tinggi tabung 80 cm serta digerakkan dengan motor listrik 0,5 pk.
Mesin pengupas kulit salak yang sudah selesai diserahkan kepada mitra akan ditindaklanjuti dengan kegiatan pelatihan dan pendampingan pengoperasian serta pemeliharaan mesin.
Kuswartono pemilik UD Halwa Indoraya mengatakan, mesin pengupas kulit salak ini sangat efektif dan efisien. Mesin ini dapat menghilangkan duri dan mengupas kulit salak dengan berat salak 1 kwintal dalam waktu hanya 1 jam dan dioperatori oleh 1 orang karyawan.
"Keberadaan mesin ini berimplikasi pada peningkatan kapasitas produksi. Kapasitas produksi yang sebelumnya hanya 2,5 ton/bulan, sekarang menjadi 12 ton/bulan," katanya.
Ketua pelaksana PKM Dr. Nugroho Mardi Wibowo menyatakan penerapan mesin pengupas kulit salak ini oleh mitra, akan terus dimonitor dan dievaluasi guna memastikan bahwa penerapan mesin tidak menemui kendala dan benar-benar dapat bermanfaat bagi mitra. "Disamping kegiatan transfer teknologi dan pendampingan penerapan mesin pengupas kulit salak, kegiatan PKM ini juga memberikan pelatihan dan pendampingan tentang strategi branding produk olahan salak kepada mitra agar dapat memperluas wilayah pemasaran dan meningkatkan omset penjualan," ujarnya.
Editor : Arif Ardliyanto