SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Kabar membanggakan datang langsung dari mahasiswa Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. Ridho Haikallullah meraih medali Perak dalam Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) Tahun 2022 pada cabang olahraga Tarung Derajat untuk kategori Tarung Bebas Kelas 80-85 kg.
Mahasiswa yang akrab disapa Haikal ini menjadi perwakilan Provinsi Jawa Timur dan berhasil menyisihkan ratusan peserta lainnya di tingkat nasional pada November 2022 lalu. Auditorium Universitas Negeri Padang menjadi saksi kemenangan mahasiswa yang akrab disapa Haikal ini. Ungkapan syukur disampaikan oleh Haikal saat ditemui di Kantor Humas Untag Surabaya.
“Alhamdulillah bersyukur pastinya. Walau target juara pertama, tapi bangga bisa membawa medali tingkat nasional,” katanya. Haikal menuturkan, kejuaraan tersebut menjadi pengalaman pertamanya mengikuti POMNAS. “Biasanya main di provinsi, POMPROV. Alhamdulillah walau baru pertama ikut POMNAS langsung Juara 2,” tuturnya.
Kecintaan Haikal pada Tarung Derajat sejak masih di bangku Sekolah Menengah Atas. “Saya suka bela diri yang body contact. Silat dan karate kurang greget. Akhirnya ketemu tarung tapi suka malas latihan,” ungkapnya.
Sejak saat itu dirinya mulai berlatih sesekali hingga mengikuti berbagai kejuaraan. “2019 ikut PORPROV jadi Tim Sidoarjo tapi kalah, itu jadi motivasi untuk latihan di rumah. Lalu ikut Kejuaraan Antar Pelajar di Lamongan dan Jadi Juara 1. Saya terus berjuang dan latihan Akhirnya saya ikut KEJURPROV dan PORPROV, alhamdulillah semua jadi Juara 1,” imbuhnya
Alumnus SMA Kartika 43 Surabaya ini menyebutkan bahwa butuh waktu dua bulan latihan untuk POMNAS. “Latihan tiga kali sehari: pukul 5 subuh ada jogging untuk pemanasan, pukul 11 siang lari dua jam non stop. Terakhir pukul 3 sore latihan teknik sparing dan tarung sampai sebelum magrib,” sebutnya.
Haikal bersama kontingen lainnya dilatih oleh empat pelatih dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. “Bersama 23 atlet, kami ditempatkan di Komando Latihan (Kolat) Koarmada, tempat TNI AL pendidikan,” tambahnya.
Haikal mengaku bersyukur karena bisa mendapatkan keringanan dari kampus. “Sejujurnya selama latihan hampir tidak bisa bagi waktu. Alhamdulilllah diberi dispensasi selama dua bulan,” ujarnya.
Tak hanya soal waktu, menurut Haikal, tantangan terbesar selama latihan adalah melawan dirinya sendiri. Kesulitan hampir tidak ada. Kalau sparing dengan kelas bobot ringan sering bocor hidung. Lebam mata kena pukul kena tendang. Itu sudah biasa. Tergantung motivasi. Kalau disuruh push up 500 kali kadang capek,” jelasnya.
Haikal terus termotivasi untuk belajar dan berlatih berkat dukungan banyak pihak. “Terima kasih semuanya. Harapan saya tentu ingin sukses kerja mapan. Untuk olahraga umur 33 tahun mau pensiun. Yang terdekat, harapan saya bisa menang pra-PON agar bisa lanjut ke PON. Pastinya ingin juga kompetisi internasional,” harapnya.
Dia pun berharap prestasinya dapat menginspirasi mahasiswa lainnya untuk berprestasi. “Banyak peluang ke depan. Lebih membuka diri, coba hal yang baru. Kalau tidak dicoba, kapan melihat dunia yang lebih luas, lalu kapan kita maju dan kapan kita bisa,” tutupnya.
Editor : Arif Ardliyanto