Kajian tersebut meliputi analisa rute eksisting yang saat ini menjadi jalur kapal peti kemas, analisa kawasan pendukung dan penyangga (hinterland), analisa mengenai konsolidasi muatan, juga mengenai desain rute baru yang diusulkan.
Arus peti kemas di TPK Sorong sendiri pada periode tahun 2022 lalu tercatat sebanyak 48.048 teus.
Beberapa pelabuhan yang masuk dalam jangkauan terdekat seperti TPK Jayapura sebanyak 95.431 teus, Pelabuhan Nabire 31.138 teus, Pelabuhan Bintuni 11.100 teus, Pelabuhan Manokwari 40.982 teus, Pelabuhan Biak sebanyak 13.376 teus.
Dosen Teknik Sistem Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Saut Gurning menilai, konsep menjadikan TPK Sorong sebagai pusat aktivitas peti kemas di Indonesia Timur sangat dibutuhkan di Indonesia yang merupakan negara kepulauan.
Saut menyebut, keberadaan pelabuhan yang berfungsi sebagai hub dan penggunaan kapal berkapasitas besar akan meningkatkan jumlah kunjungan kapal dan jumlah peti kemas yang dapat diangkut oleh kapal.
Dengan demikian dapat berdampak pada biaya logistik secara bertahap. Model pengangkutan yang berjalan saat ini dengan banyak rute pelabuhan dan jumlah peti kemas yang terbatas menjadi salah satu faktor biaya logistik di Indonesia Timur cukup tinggi.
Saut juga menyinggung faktor biaya tinggi lainnya yakni mengenai muatan yang kembali dari wilayah timur ke wilayah barat yang masih didominasi oleh peti kemas kosong.
Menurutnya, salah satu hal yang memungkinkan saat ini adalah penyiapan fasilitas konsolidasi untuk komoditas hasil tangkapan laut yang memiliki potensi cukup tinggi.
Bahkan, tidak menutup kemungkinan keberadaan pusat aktivitas peti kemas di Indonesia Timur dapat menjadi area persinggahan (transhipment) bagi peti kemas luar negeri yang melayani rute Jepang-Australia ataupun rute luar negeri lainnya.
“Tantangan terbesar memang berkaitan dengan muatan yang kembali dari timur. Namun dengan konsep penggunaan kapal besar (mother vessel) dari Jakarta atau Surabaya ke Sorong setidaknya dapat membantu dalam menekan biaya logistik, tentunya hal ini perlu dilakukan kajian secara menyeluruh untuk mengetahui tingkat efisiensi yang dihasilkan,” paparnya.
Editor : Ali Masduki