get app
inews
Aa Read Next : Untag Surabaya Buka Jalur Hybrid, Perkuliahan Online pada Prodi Terakreditasi Unggul

Riset Kekerasan Seksual, Anak Penjual Nasi Jagung Lulus Kuliah di Untag Surabaya, Ini Kisah Hidupnya

Rabu, 22 Februari 2023 | 07:33 WIB
header img
Anak Penjual Nasi Jagung di Pantai Delegan Lulus Untag Surabaya dengan biaya yang terbatas. Foto iNewsSurabaya/arif

SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Perjalanan hidup tak semulus yang dibayangkan, bisa enak makan bahkan mengenyam pendidikan dengan enak, serta layak. Banyak juga anak-anak yang harus berjuang ekstra untuk bisa menuntahkan pendidikan yang diinginkan.

Perjalanan pahit ini dialami Deajeng Rizqi Melly Tsaniyah, ia harus melewati perjuangan cukup keras untuk bisa menempuh pendidikan kuliah Sarjana (S1). Baginya, bisa lulus sebagai sarjana merupakan keajaiban dan berkah sang pencipta. Rasa syukur terus dipanjatkan, sebagai bukti terima kasih yang tiada terhingga.

“Saya ini anaknya penjual nasi Jagung di Pinggir Pantai Delegan, Gresik. Ibu saya jualan disebelah pintu masuk,” kata Deajeng.

Deajeng menceritakan keinginan untuk melanjutkan kuliah sangat kuat. Ia sadar kondisi orang tuanya tidak bisa sepenuhnya menyokong pendidikan secara keseluruhan. Untuk itu, Mahasiswa Kelahiran Gresik ini memberanikan diri untuk mengungkapkan melanjutkan kuliah ke Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya kepada sang Ibu.

Berat memang, namun dengana pertimbangan matang akhirnya ia dizinkan orang tuanya untuk melanjutkan pendidikan ke Untag Surabaya. Orang tua Deajeng hanya mampu membiayai pembayaran SPP, sedangkan biaya hidup dan praktek-praktek yang ada di kampus menjadi tanggung jawabnya sendiri.

“Saya memutuskan untuk kuliah sambil kerja. Itu saya lakukan secara terus menerus tanpa lelah,” akunya.

Deajeng mengaku, dirinya diterima bekerja di salah satu proveder swasta di Surabaya. Pekerjaan yang diterima ini merupakan bukti keseriusan untuk menuntaskan perkuliahan. “Saya mengambil kuliah pagi, sulit memang,” papar dia.


Anak Penjual Nasi Jagung di Pantai Delegan Lulus Untag Surabaya dengan biaya yang terbatas. Foto iNewsSurabaya/arif

Perempuan ini mengaku harus pandai untuk membagi waktu, antara kuliah, kerja, dan berkumpul dengan teman. Dengan niatannya ini, ia berhasil menuntaskan pendidikan selama 3,5 tahun dengan nilai skripsi yang  sangat memuaskan. Banyak dosen yang mengaku senang dengan hasil karya yang dibuat dengan judul ‘Hubungan antara Self Awareness dan Resilience dengan Kebahagiaan pada Korban Sexual Harassment’.

“Ini menceritakan mengenai trauma kekerasan seksual yang dialami perempuan. Mereka butuh pendampingan,” ucap Deajeng.

Proses sekripsi yang dilakukan tidak mudah, Deajeng mengaku kesulitan untuk bertemu dengan perempuan-perempuan yang mengalami trauma kekerasan seksual secara langsung. Ia hanya bertemu dengan pendamping mereka, kemudian akan menyambungkan ke perempuan-perempuan yang mengalami kekerasan seksual hingga trauma.

“Ada 108 kuesioner yang saya sebar ke orang-orang yang mengalami trauma karena kekerasan seksual. Kuesioner saya tersampaikan melalui pendampingnya,” paparnya.

Dari 108 kuesioner ini, lanjut dia, ada delapan kuesioner yang tidak layak menjadi dasar untuk dijadikan kesimpulan. Sebab, delapan kuesioner tersebut tidak sesuai dengan pertanyaan yang diberikan pada mereka. “Jadi hanya 100 kuesioner yang saya jadikan landasan melakukan riset. Hasilnya saya bisa mengukur tingkat stress korban seksual. Mereka butuh pendampingan dan motivasi, itu saja,” jelas Deajeng.

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut