MALANG, iNews.id - Flashback ke Januari tahun 2011 silam, ada sebuah cerita mistis tentang kereta hantu yang meluncur dari Stasiun Kotabaru Malang. Kejadian heboh ini bahkan memakan korban jiwa, yakni merenggut satu korban jiwa yang meninggal dunia.
Siang itu (4/1/2021) sekitar pukul 13.10 WIB, empat gerbong KA Gajayana tiba-tiba menggelinding kencang dari Stasiun Malang Kotabaru ke arah Stasiun Kotalama.
Gerbong-gerbong yang meluncur dengan kecepatan sekitar 40 kilometer perjam itu sampai keluar rel dan baru berhenti setelah menabrak tiga rumah pada Jalan Simpang Peltu Sujono, RT.11/RW.09, Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan Sukun.
Dari kecelakaan misterius ini total tiga rumah menjadi tumbalnya. Ketiga rumah dalam kawasan Kecamatan Sukun itu milik Misno (38), Jamil (50), dan Sutrisno (40).
Selain itu setidaknya empat sepeda motor dan dua becak juga ringsek tertimpa gerbong kosong tak berpenumpang tersebut.
Tidak hanya korban material, peristiwa kereta hantu itu juga memakan korban jiwa, bocah berusia 2,5 tahun bernama Muhammad Nur Rosyid. Nyawanya tak tertolong meski sudah mendapat perawatan RS Panti Nirmala.
Seorang putra Misno itu meninggal karena terkena reruntuhan bangunan rumahnya. Beruntung bagi Muhammad Riski (1,5), adik Nur Rosyid hanya mengalami luka lecet akibat peristiwa yang sama.
Petugas Stasiun Kotabaru sebenarnya sudah mengarahkan laju gerbong-gerbong itu ke boks penahan area pembuangan KA dalam kondisi darurat sebelah utara tiga rumah tersebut.
Namun menurut dugaan, boks penahan itu jebol, sehingga kereta hantu itu pun terus meluncur keluar rel Kotabaru hingga menghajar deretan rumah warga.
Dari hasil penyelidikan, empat gerbong tersebut awalnya berada di jalur empat Stasiun Kotabaru dan sedang diperbaiki. Petugas sedang mengganti karet yang menghubungkan gerbong satu dengan gerbong lainnya.
Tidak tahu apa alasannya tiba-tiba gerbong itu mendadak meluncur tanpa lokomotif, menyusuri sepanjang rel menuju ke arah selatan yaitu ke Stasiun Kotalama.
Jarak antara dua stasiun tersebut sekitar 2,5 kilometer dan terdapat dua jembatan, kelokan tajam dan tiga palang pintu.
Beruntung antara palang pintu Kotalama, tak banyak kendaraan bermotor yang sedang melintas saat kejadian karena pintu flyover masih tetap terbuka.
Empat gerbong tersebut dinilai dapat membahayakan laju KA Penataran dari arah Blitar yang tak lama kemudian akan melewati Stasiun Kotalama, maka kereta hantu itu pun dipindahkan ke jalur pembuangan.
Beberapa menit setelah tragedi tersebut, PT KAI langsung mengevakuasi dua gerbong penumpang eksekutif paling belakang yang bernomor K-1-09503 dan K-1-09501.
Proses evakuasi itu cukup mudah karena dua gerbong paling belakang tersebut masih berada dalam rel.
Sementara evakuasi untuk dua gerbong lainnya, yakni gerbong pembangkit BP 09504 dan gerbong penumpang K-1-01504 sempat menemui kendala. Kedua gerbong itu harus ditarik menuju ke atas rel lagi.
Dari hasil pemeriksaan atas terjadinya tragedi kereta hantu tersebut, Daops 8 menduga empat gerbong itu meluncur karena perbedaan ketinggian. Berdasar data, ketinggian Stasiun Kotabaru adalah 444 mdpl, sedangkan Stasiun Kotalama berada pada ketinggian 429 mdpl, yang artinya ada perbedaan ketinggian 15 meter antara dua stasiun tersebut.
KA Gajayana ini sebenarnya rangkaiannya terdiri dari sembilan gerbong yang terdiri dari satu gerbong pembangkit, satu gerbong restorasi (makan) dan tujuh gerbong penumpang eksekutif.
Saat proses perbaikan tersebut lima gerbong lainnya telah lepas dari rangkaian dengan ditarik menggunakan lokomotif.
Editor : Ali Masduki