SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Pengamat Lingkungan Universitas Airlangga (UNAIR), Wahid Dianbudiyanto menjelaskan bahwa El Nino merupakan fenomena dimana air laut di samudera pasifik lebih panas dari pada suhu biasanya. El Nino merupakan bagian dari fenomena yang lebih besar yaitu El-Nino-Southern Oscillation (ENSO), dan bagian lainnya adalah La Nina.
“Jika El Nino merupakan peristiwa memanasnya suhu air di luar batas kewajaran di kawasan Samudera Pasifik, maka La Nina merupakan peristiwa pendinginan air di luar batas kewajaran di area tersebut,” terangnya.
Wahid menuturkan, penyebab terjadinya El Nino dan La Nina (ENSO) adalah karena terjadinya Southern Oscillation, yaitu perubahan tekanan udara pada laut tropis Samudera Pasifik. Saat air laut di sisi tropis samudera pasifik memanas, maka atmosfer di atasnya menurun tekanannya.
“Disaat inilah terjadi perubahan pola tiupan angin yang dapat menyebabkan perubahan pola iklim, yang cenderung menghasilkan iklim yang cukup ekstrim,” ujarnya.
Menurut Dosen Teknik Lingkungan UNAIR ini, perubahan pola tersebutlah yang akhirnya meningkatkan potensi dampak El Nino dan La Nina di Indonesia. Permukaan air yang lebih hangat dapat meningkatkan kemungkinan hujan lebih tinggi.
Hal itu dikarenakan perpindahan panas melalui media air dan udara meningkat sehingga peristiwa presipitasi atau turunnya air dari atmosfer ke bumi juga ikut meningkat.
“Hal ini berdampak pada meningkatnya intensitas hujan di Amerika Selatan seperti Peru dan Ekuador. Dilain sisi, Indonesia dan Australia mendapatkankan kekeringan dari peristiwa tersebut,” tambahnya.
Editor : Ali Masduki