SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Persoalan warga disabilitas menjadi tantangan bagi Kementerian Sosial Republik Indonesia. Banyak orang tua di daerah yang menganggap anak disabilitas sebagai aib dan minim pemahaman parenting anak disabilitas. Karena itulah, Kemensos menggandeng UNESA untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Mensos Dr. (H.C) Ir. Hj. Tri Rismaharini, M.T., mengatakan bahwa dulu sejak menjadi Wali Kota Surabaya, sudah bekerja sama dengan UNESA dalam mendidik para guru untuk sekolah inklusi di Surabaya. Dia mengungkapkan, tantangan terberatnya ketika menjadi Mensos yaitu menangani masyarakat kelompok disabilitas. \
"Itu paling berat buat saya. Ilmu pengetahuan saya bahkan wawasan teman-teman Mensos juga terbatas tentang disabilitas," ucapnya.
Perempuan yang dijuluki Ibuke Arek-arek Suroboyo itu menambahkan, pertemuan itu fokus membahas anak-anak yang tidak mampu dan bagaimana pendidikannya tetap diperhatikan dan disiapkan aksesnya. Pihaknya juga akan membuat modul pengasuhan untuk anak-anak disabilitas. Untuk itulah, kedua pihak akan mengadakan MoU dalam waktu dekat ini.
Baginya ini penting dilakukan, karena selama dua tahun lebih menjadi menteri, dia banyak menemukan kasus-kasus terutama anak disabilitas yang mengalami atau menjadi korban perkosaan. Karena itu, bersama UNESA akan membuat modul parenting untuk bagaimana menangani anak-anak disabilitas, pengawasan bagi para orang tua dan seluruh pihak sehingga anak disabilitas bisa nyaman.
"Disabilitas itu bukan aib. Sekali lagi mereka bukan aib. Mereka memang diciptakan Tuhan mungkin bagi kita yang normal itu seolah-olah lebih dari mereka (disabilita, red). Tetapi bagi Tuhan belum tentu. Mereka memiliki kelebihan yang kami tidak punya kemampuan untuk mencapai itu. Karena itulah kami menghadap Pak Rektor UNESA untuk membantu menangani warga disabilitas," tandanya.
Editor : Arif Ardliyanto