get app
inews
Aa Text
Read Next : Ratusan Karang Taruna di Jatim, Gelar Perayaan Merdeka Heppiii, Guyub dan Rukun Bangun Desa

Mengenal Preeklamsia, Ibu Hamil Harus Tahu Penyebab dan Bahayanya, Ini yang Dilakukan Khofifah

Selasa, 23 Mei 2023 | 12:50 WIB
header img
Preeklamsia telah menjadi momok bagi ibu hamil di Indonesia, Ibu hamil harus mengetahui gejala, penyebab, hingga penangannya. Foto iNewsSurabaya/ist

SURABAYA, iNewsSurabaya.idPreeklamsia telah menjadi momok bagi ibu hamil di Indonesia. Ibu hamil harus mengetahui gejala, penyebab, hingga penangannya supaya kondisi bayi dalam kandungan bisa terselamatkan.

Saat ini, preeklamsia dan tanda-tanda bahayanya yang mengancam jiwa mulai banyak. Bahkan tanggal 22 Mei selalu diperingati Hari Preeklampsia Se-dunia sebagai bukti tanda bahaya. Preeklamsia sendiri merupakan komplikasi kehamilan berbahaya yang ditandai dengan tekanan darah tinggi pada ibu hamil. Kondisi ini biasanya terjadi ketika usia kehamilan mencapai 20 minggu.

Untuk menghindari terjadinya hal tersebut, Gubernur Jawa TimurKhofifah Indar Parawansa, mengimbau setiap ibu hamil untuk  waspada dan tetap menjaga kesehatan tubuh agar tidak terjadi preeklampsia dan komplikasi dengan rajin melakukan screening. Ia menegaskan, pemeriksaan dan screning wajib dilakukan terutama bagi ibu hamil risiko tinggi.

“Ibu hamil harus rajin dan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan secara berkala pada bidan maupun puskesmas terdekat. Sebab dengan pemeriksaan rutin, maka potensi bahaya preeklampsia bisa dihindari,” katanya.

Gubernur Khofifah mengajak para Ibu Hamil melakukan deteksi dini kehamilannya di pusat layanan kesehatan setempat. Ini berfungsi untuk mengetahui berapa besar potensi terjadinya preeklampsia. Jadi ketika Nakes melihat adanya potensi (preeklampsia) langkah tindakan akan segera dilakukan.

Selain itu, Khofifah menyebut bahwa kematian ibu masih menjadi masalah di beberapa daerah  di Jatim. Ia menegaskan kembali, bahwa dalam upaya penyelesaian AKI khususnya karena faktor preeklampsia bisa diselesaikan dengan meningkatkan mutu layanan, meningkatkan kolaborasi antar puskesmas, RS, dinkes, perawat dan Obgin.

"Jadi kemudahan akses layanan kesehatan ini harus lebih mudah. Kolaborasi itu bisa mendukung lebih intensif, RS, puskesmas, ibu, obgyn dan perawat diedukasi. Rujukan selama ini ibu hamil kesulitan bagaimana mencari tempat RS, dengan ini RS lebih cepat, respon lebih cepat, pelayanan lebih baik agar ibu tertolong," jelasnya.

Sementara itu, Upaya Pemerintah Provinsi Jawa Timur menekan Angka Kematian Ibu (AKI) membuahkan hasil menggembirakan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Timur, Jumlah Kematian Ibu di Jawa Timur pada tahun 2022 sebanyak 499 kasus. Angka ini jauh lebih rendah dibanding tahun 2021 sebesar 1.279 kasus.

Dengan jumlah kematian ibu sebanyak 499 kasus di tahun 2022 ini, maka Pemprov Jatim berhasil mencatatkan jumlah kematian ibu terendah sepanjang 7 tahun terakhir. Di tahun 2016 jumlah kematian ibu di Jatim mencapai angka 534 kasus. Tahun 2017 turun menjadi 529 kasus.

Kemudian di tahun 2018 kembali turun menjadi 522 kasus. Begitu pula di tahun 2019 berhasil turun menjadi 520 kasus. Sedangkan di tahun 2020, jumlah kematian ibu tercatat sebanyak 565 kasus. Dan di tahun 2021 lalu sebanyak 1.279 kasus.

"Seluruh upaya yang memungkinkan peningkatan kualitas layanan kesehatan bagi Ibu hamil akan kami prioritaskan. Karena sekali lagi, pre eklampsia adalah permasalahan  yang harus segera dituntaskan," pungkas Khofifah.

Tidak hanya itu, Gubernur Khofifah juga menegaskan bahwa pencegahan dan penanganan preeklampsia juga sangat bergantung pada kondisi layanan kesehatan. Oleh sebab itu ia mendorong setiap unit pelayanan kesehatan untuk turut menjadi garda terdepan.

"Garda terdepan pelayanan kesehatan masyarakat baik Pemerintah Provinsi hingga tenaga kesehatan dan para penyuluh harus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang preeklampsia," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Dr. Erwin Astha Triyono, dr., Sp.PD., KPTI. berkomitmen untuk terus melakukan langkah-langkah percepatan dalam penurunan AKI/ AKB di Jawa Timur.

“Kami beserta seluruh jajaran Dinkes kabupaten/ kota telah melakukan berbagai upaya percepatan dalam penurunan AKI/ AKB, salah satunya dengan meningkatkan kunjungan layanan pemeriksaan kehamilan dari 4 kali menjadi 6 kali dimana pada trimester 1 dan 3 dokter berperan aktif dalam pemeriksaan kehamilan dengan pemeriksaan USG terbatas, serta melakukan skrining pre eklamsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu,” terang Dr. Erwin.

Selain itu juga meningkatkan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan bayi baru lahir dengan kunjungan neonatus, sistem rujukan, serta melakukan pendampingan ke RSUD kabupaten/ kota lokus AKI-AKB dari RS rujukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur yaitu RSUD dr. Sutomo dan RSUD dr. Saiful Anwar.

“Pemberdayaan masyarakat juga penting, sehingga kami juga melakukan penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat dalam mendukung program kesehatan ibu dan anak melalui gerakan ibu hamil sehat, kelas ibu hamil, kelas ibu balita, posyandu, pemanfaatan buku KIA dan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) serta didukung oleh TP PKK/ organisasi kemasyarakatan,” jelas Dr. Erwin.

 

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut