Maka dari itu, Wali Kota Eri kembali menegaskan, bahwa masuk ke dalam smart city bukanlah tujuan utama dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Sebab, menurutnya, masuk atau tidaknya Surabaya ke dalam daftar smart city juga bisa tergantung dari tim penilai.
"Nanti kalau dikatakan lagi (Surabaya) smart city, ya smart city. Tergantung yang nilai kan, yang nilai mau survei di mana? Mau survei di Surabaya, mau survei di Makassar. Sama saja, Surabaya Bandung juga tidak masuk. Tapi apakah kita harus bertanya kenapa tidak masuk? Tidak. Tapi biarkan itu berjalan dengan sendirinya," tegasnya.
Wali Kota Eri pun berkaca dari daftar pemerintah daerah penerima penghargaan penanganan stunting terbaik di Indonesia. Saat itu, Surabaya tidak masuk ke dalam daftar kota terbaik dalam penanganan stunting.
Namun demikian, kata dia, setelah diketahui stunting di Surabaya terendah se-Indonesia, sehingga banyak yang kaget dan datang berbondong-bondong ke Kota Pahlawan. "Karena yang penting bukan pengakuan, tapi bisa terang (bermanfaat) buat umat," jelasnya.
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini mengungkapkan, jika berdasarkan versi penilaian dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Kota Pahlawan masuk dalam daftar smart city.
"Kementerian Kominfo juga sudah menilai bahwa Surabaya Smart City. Tapi ketika ada dari pihak luar negeri yang menilai kan kita tidak tahu, yang disurvei yang mana, yang mengarahkan ke daerah mana juga kita tidak tahu. Jadi kan tergantung," katanya.
Editor : Arif Ardliyanto