SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Timur masih mencari formula untuk menurunkan stunting di wilayah masing-masing. Namun, Gubernur Jawa Timut Khofifah Indar Parawansa justru meyakini mampu menurunkan angka stunting.
Targetnya, tahun 2024 Jatim mampu menurunkan kasus stunting hingga mencapai angka 14 persen. Angka tersebut sebagaimana target dari Kementerian kesehatan dan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Sikap optimis ini diungkapkan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
Menurutnya, untuk mencapai target itu dibutuhkan sinergitas dan gotong royong lintas elemen. Khususnya dalam memastikan layanan kesehatan masyarakat di Jatim dapat terpenuhi untuk optimalisasi pencegahan stunting.
"Penguatan dari berbagai stakeholder membuat kami yakin bahwa angka stunting di Jatim akan terus menurun dan mampu mencapai target di tahun 2024. Terlebih selama tiga tahun berturut-turut angka stunting di Jatim juga terus menurun signifikan," ujar Khofifah melalui rilisnya.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jatim pada tahun 2020, prevelensi (persentase) stunting di Jatim mencapai 25,6 persen. Kemudian tahun 2021 menurun 23,5 persen, dan di tahun 2022 kembali turun dan menjadi 19,2 persen. Dimana, angka ini juga dibawah standar WHO yaitu di angka 20 persen.
"Saya yakin prevalensi ini akan terus mengalami penurunan setelah Polda Jatim menyelenggarakan kegiatan bertajuk bakti kesehatan dalam rangka menyambut hari Bhayangkara ke - 77," kata Khofifah.
Menurutnya, rasa optimis yang tumbuh terkait pencegahan stunting, harus diimbangi dengan kerjasama semua sektor. Untuk itu, ia mengajak seluruh elemen terutama bupati dan walikota di Jatim untuk terus menyampaikan pentingnya pencegahan stunting.
"Persoalan stunting menjadi perhatian seluruh elemen. Tidak hanya pemerintah, tetapi seluruh pihak hingga tingkat paling bawah memiliki peran penting untuk mencegah stunting," tegasnya.
Sebab, lanjutnya, masih ada beberapa kabupaten dan kota di Jatim yang angka stuntingnya masih cukup tinggi. Kondisi ini dipengaruhi beberapa faktor seperti kesehatan ibu, bayi, remaja serta masih tingginya perkawinan anak di bawah umur.
"Sejauh ini, Pemprov Jatim terus melakukan berbagai upaya dan aksi untuk mencegah stunting seperti yang dilakukan oleh PKK serta intervensi dini kepada remaja putri diikuti dengan peningkatan gizi," jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskan Khofifah, gerakan penurunan stunting juga harus diimbangi dengan pemberian aksi gizi yang seimbang untuk anak-anak. Hal ini, sangat penting mengingat stunting sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.
"Saya mengajak semua pihak untuk memasifkan upaya penurunan stunting salah satunya melalu Aksi Bergizi di sekolah-sekolah di Jatim," tuturnya.
Gerakan yang diinisiasi oleh Kementerian Kesehatan tersebut merupakan satu rangkaian yang meliputi senam bersama, sarapan bersama, minum Tablet Tambah Darah bersama dan edukasi gizi seimbang yang dilaksanakan di sekolah SMP/SMA sederajat dan Pondok Pesantren. Sejauh ini Aksi Bergizi yang dilakukan Jawa Timur menjadi yang terbanyak secara nasional. Dimana telah diikuti 437 sekolah dengan sebanyak 117.796 siswa di Jawa Timur.
"Untuk itu kembali saya mengajak pada peringatan ini sebagai momentum yang tepat untuk melaksanakan gerakan Aksi Bergizi secara masif dan rutin," ajaknya.
Editor : Arif Ardliyanto