get app
inews
Aa Text
Read Next : Senam Lansia Sehat di Untag Surabaya, Cara Sederhana Memaknai Hari Ibu

Kisah Mbah Sambu, Penyebar Islam di Lasem, yang Berhasil Mengatasi para Perompak

Minggu, 20 Agustus 2023 | 16:16 WIB
header img
Makam Mbah Sambu di kota Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Foto: Ist

JAKARTA, iNews.id - Sayyid Abdurrahman, yang juga dikenal sebagai Mbah Sambu, merupakan tokoh legendaris di kota Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Abdullah Hamid, seorang sejarawan di Lasem, menyatakan bahwa Mbah Sambu adalah salah satu penyebar ajaran Islam di wilayah Lasem. Mbah Sambu adalah seorang pemimpin agama (Guru Agama Islam) di Lasem yang berasal dari Tuban.

"Beliau dipanggil ke Lasem oleh Adipati Tedjokusuma atau Mbah Srimpet untuk diangkat menjadi pemimpin agama (Walinegara) Kadipaten Lasem dan menjadi menantu," kata Hamid dalam percakapan dengan Okezone beberapa waktu lalu.

Di masyarakat saat ini, ia dengan penuh kasih dikenal sebagai Mbah Sambu, yang berasal dari namanya yaitu Syech Maulana Sam Bwa Asmarakandhi. 

Ia tetap menjadi salah satu ulama terkemuka bahkan hingga sekarang. Banyak ulama, kiai (pendidik Islam), dan tokoh terkemuka dapat melacak garis keturunan mereka kembali ke Mbah Sambu.

"Bahkan ada yang mengatakan bahwa hampir semua ulama di Jawa adalah keturunan dari Mbah Sambu," tambahnya.

Terdapat dua versi yang menceritakan silsilah Mbah Sambu. Versi pertama menyebutkan bahwa ia adalah Pangeran Sambudigdo Hadiningrat, putra Pangeran Benawa, yang merupakan putra Jaka Tingkir, juga dikenal sebagai Sultan Hadiwijaya, Raja Kerajaan Pajang yang membentuk dasar bagi Kerajaan Mataram Islam.

Versi kedua mengusulkan bahwa ia adalah putra Sayyid Muhammad Hasyim dan juga keturunan dari Sayyidah Fatimah az-Zahro’ al-Bathul, putri Nabi Muhammad SAW.

"Demikianlah silsilah Sayyid Abdurrahman al-Basyaiban (Mbah Sambu)," jelasnya.

Tanggal kelahiran Mbah Sambu tetap tidak diketahui hingga hari ini, karena catatan sejarah belum ditemukan. Selain itu, catatan sejarah yang komprehensif tentang Mbah Sambu masih belum ditemukan. Menurut catatan sejarah singkat, ia wafat pada tahun 1671 Masehi.

Hingga hari ini, acara tahunan di Lasem yang disebut "haul Mbah Sambu" masih diadakan pada tanggal 14, 15, dan 16 Dzulhijjah, dengan berbagai kegiatan. Acara ini mencakup tidak hanya ritual keagamaan tetapi juga acara budaya seperti karnaval dan kompetisi Hadroh.

Kehadiran awal Mbah Sambu di wilayah Lasem disebabkan oleh undangan dari Adipati Tedjokusumo I, atau Mbah Srimpet, dan ia diangkat sebagai pemimpin agama di Kadipaten Lasem untuk membantu dalam penyebaran Islam.

Beliau memainkan peran penting dalam meredam aksi perompakan yang telah menyebabkan kekacauan di pusat kota Lasem. Pada saat itu, wilayah Lasem meliputi Sedayu Gresik, Tuban, Rembang, Pati, dan bahkan Jepara.

Berkat kontribusinya, Mbah Sambu, yang juga menantu dari Adipati Lasem, diberikan tanah hibah yang mencakup lokasi sekarang dari Masjid Jami' di Lasem, membentang dari Kecamatan Lasem hingga ke arah selatan Kecamatan Pancur, area yang lebih besar daripada sekarang.

Selain menumpas perompakan, kedatangannya di Lasem juga didedikasikan untuk menyebarkan ajaran Islam.

Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut