Tak hanya itu, penghuni Liponsos Keputih juga diberdayakan membuat handicraft berupa kalung yang diberi peluit. Anna menerangkan, bahwa kalung tersebut bisa dipakai untuk anak-anak istimewa atau disabilitas, terutama tunawicara.
"Jadi bisa untuk mencegah kalau ada orang asing akan berbuat jahat kepada mereka. Kalau ada orang asing, tinggal ditiup saja peluitnya. Insyaallah kalung peluit ini juga kami produksi," katanya.
Menurutnya, hasil produksi handicraft maupun batik penghuni Liponsos Keputih ini juga dipasarkan melalui online. Masyarakat dapat membeli produk-produk tersebut melalui E-Peken. "Alhamdulillah hasil penjualan juga (uangnya) masuk kepada mereka. Jadi masing-masing penerima manfaat (PM) yang berdaya di Keputih itu semuanya punya tabungan," urainya.
Pihaknya berharap, para PPKS ini tidak selamanya tinggal di Liponsos Keputih Surabaya. Nah, ketika uang tabungan mereka sudah banyak, PPKS ini bisa mandiri dan kembali ke keluarga atau lingkungan masyarakat. "Jadi itu harapan kami," paparnya.
Anna menyampaikan, bahwa program pemberdayaan PPKS penghuni Liponsos Keputih ini sebagaimana arahan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Program ini diharapkan dapat memberdayakan mereka agar bisa mandiri ketika kembali ke masyarakat.
"Sekarang ada sekitar 734 jiwa yang tinggal di Keputih. Ada ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa), gelandang dan lansia terlantar," katanya.
Di kesempatan yang sama, Kepala UPTD Liponsos Keputih Surabaya, Imam Muhaji menambahkan, bahwa setiap PPKS yang tinggal di Liponsos Keputih dilakukan asesmen. Dari hasil asesmen itu akan dipetakan mana PPKS yang sudah bisa diberdayakan atau belum.
"Jadi awalnya PPKS ini kita asesmen, kita petakan dulu. Kemudian kita sesuaikan jenis usaha pemberdayaan yang sesuai dengan bakat dan keahliannya," kata Imam.
Pada intinya, Imam menerangkan bahwa PPKS penghuni Liponsos Keputih yang diberdayakan ini sudah sekitar 90 persen bisa mandiri. Artinya, mereka sudah bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum dan mandi secara mandiri. "Jadi ada tingkatan-tingkatannya. Kalau yang sudah 90 persen bisa mandiri itu yang diberdayakan," pungkasnya
Editor : Arif Ardliyanto