SURABAYA,iNewsSurabaya.id-Program SMA Double Track masuk tahun kelima. Upaya percepatan kemandirian siswa dalam menunjukkan keterampilan dan pemasaran produk pun terus digenjot. Hingga saat ini, sebanyak 51.853 siswa telah menerima pelatihan program. Diantaranya 31.858 telah sukses bekerja mandiri dan beriwaurasaha dengan total transaksi selama 5 tahun mencapai lebih dari Rp. 6 miliar.
Karenanya, sebagai bentuk apresiasi pelaksanaan program dengan baik, Pemprov Jatim melalui Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim memberikan apresiasi bertajuk “Double Track Milenial Entrepreneur Award (MEA) 2023”, Kamis (26/10) di Graha ITS Surabaya.
Pemberian penghargaan ini dipimpin langsung oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Hadir dalam enghargaan Kepala Balai Pengembangan Talenta Indonesia (BPTI) Asep Sukmayadi, Rektor ITS Prof Mochammad Ashary, Chief of Java Field Office Unicef Digital Skills Program Tubagus Arie Rukmana dan Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Aries Agung Paewai.
Pada ajang ini, Gubernur Khofifah memberikan apresiasi penghargaan di sembilan kategori. Diantaranya, Kemandirian Alumni, Pembuatan Produk Unggulan, Live Selling Produk Terlaris, Inovasi Media Pembelaran dan design Busana Program Double Track. Berikutnya ada kategori Inovasi Laporan Digital Layanan Cipta Kerja bersama DUDI, Profil Pelaksana Double Track dan terakhir kategori Festival Ramadhan yang terbagi menjadi dua penghargaan yakni untuk trainer dan apresisi dan untuk kelompok usaha siswa (KUS).
Dalam sambutannya, Gubernur Khofifah menyebut agar satuan pendidikan memanfaatkan program SMA Double Track untuk pengembangan skills siswa. Lebih lagi, di tahun kelima ini Dinas Pendidikan dan ITS berkolaborasi dengan Unicef untuk terus mengembangkan program melalui Unicef Digital Skills. Program ini dimaksudkan untuk mengembangkan pemasaran hasil produk dan jasa siswa sehingga karya mereka dapat dirasakan dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
"Ini sinergitas yang luar biasa antara Dinas Pendidikan, ITS dan Unicef dalam mengembangkan skill siswa SMA kita yang ada dipelosok dan tidak berkelanjutan dalam menempuh pendidikan tinggi," ujar Khofifah.
Editor : Arif Ardliyanto