SURABAYA, iNews.id – Gizi buruk masih menjadi persoalan di Kota Surabaya. Terbukti, Laila Fitriyah balita berkelamin ganda asal Jalan Tanjungsari Jaya Bhakti Nomor 57 Kecamatan Tandes, Kota Surabaya tak bisa dioeprasi lantaran kekurangan gizi.
Bocah berusia 1,5 tahun nampak sangat ringkih atau lemah, untuk itu Laila tidak segera dioperasi oleh tim dokter. Mereka tidak berani karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Surahman, ayah sang balita menceritakan kisah perjalanan hidup Laila. Menurutnya, anak kesayangannya ini lahir secara normal di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bilangan Kota Surabaya dengan kelamin perempuan. Ketika dimandikan, tiba-tiba dokter melihat Laila Fitriyah memiliki kelamin ganda. “Pertama lahir dokter bilang perempuan, waktu dibersihkan (dimandikan) baru bilang kalau kelaminnya ganda dan harus dirujuk ke RSUD dr Soetomo,” tuturnya.
Rujukan ini dibuat karena ada kelainan, dokter tempat melahirkan langsung merujuk ke RSUD Dr Soetomo Surabaya. Surahman bersama istrinya, Yuliana, lalu membawanya ke RSUD dr Seotomo Surabaya sesuai arahan dokter. Di rumah sakit rujukan itu, Laila Fitriyah hanya menginap semalam dan kembali pulang karena berdasar hasil pemeriksaan awal kondisi bocah dianggap normal.
Namun, semakin hari kondisinya justru semakin kurang sehat, atas dasar itulah, pihak RSUD dr Soetomo belum bisa memberi tindakan operasi kepada Laila Fitriyah. “Saya pernah tanya ke dokter di Dr Soetomo, katanya nunggu anaknya sehat sama berat badannya naik. Kalau stabil akan dilakukan tindakan selanjutnya. Jadi, kami masih menunggu anak kami sehat dulu,” ujarnya.
Surahman menjelaskan, menurut diagnosa dokter, Laila Fitriyah adalah bayi yang memiliki CAH (Congenital Adrenal Hyperplasia), yaitu penyakit keturunan yang membuat penampilan fisik seorang wanita tampak lebih maskulin (ambigous genitalia). Ia berharap anaknya bisa tumbuh normal. Surahman kini hanya bisa menanti uluran tangan para dermawan untuk bisa membantu pemulihan kesehatan Laila Fitriyah supaya operasi kelamin bisa segera berjalan.
“Sekarang lagi enggak kerja, kuli bangunan kadang ada, kalau enggak ada, ya, enggak kerja. Kalau bangunan sehari paling dapat seratus ribu,” ujarnya.
Kondisi ini semakin membuat Surahman sedih, meski demikian ia mengaku terus berupaya untuk tersenyum. Keluarganya harus terlihat ceria dan sejahtera supaya tidak bertambah beban yang diderita.
Editor : Arif Ardliyanto