BOJONEGORO, iNews.id – Tahun 2021 menjadi tahun yang kurang menguntungkan bagi petani di Bojonegoro. Tercatat, ada penurunan produksi beras dibandingkan tahun sebelumnya yang berlimpah panen padinya.
Penurunan jumlah produksi beras terjadi karena pada musim tanam banyak yang mengalami puso akibat serangan hama.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bojonegoro Helmy Elisabeth mengatakan, jumlah produksi yang mengalami penurunan itu sesuai dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur. Produksi padi pada 2021 sebanyak 690.084 ton dan di 2020 produksinya sebesar 728.915,12 ton.
“Kami masih menggunakan data di BPS, tetapi kalau data di kami sendiri sebenarnya mengalami peningkatan produksi,” ujarnya.
Lahan-lahan pertanian produktif yang menyumbang produksi padi sebagian besar berada di tepian Sungai Bengawan Solo. Termasuk salah satunya di Kecamatan Kanor dan Baureno. Namun pada Jumat (21/1/2022) ratusan lahan padi di kawasan tersebut tergenang banjir akibat tanggul Kali Ingas di Desa Kedungprimpen Kecamatan Kanor jebol.
Padi yang rata-rata berusia 90 hari dan sebentar lagi siap panen akhirnya terpaksa dipanen lebih awal. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bojonegoro sendiri belum mengetahui secara pasti data tanaman padi yang terdampak jebolnya tanggul anak sungai Bengawan Solo tersebut.
“Identifikasi kerugian masih konfirmasi petugas di lapangan. Luasan yang diidentifikasi juga belum ada yang laporan, termasuk dari PPL juga tidak ada melapor gagal panen. Jika hanya sehari sampai dua hari hari gak sampai puso,” ujar Helmy.
Petani yang lahan tanaman padinya terdampak puso akibat tanggul jebol tersebut, Pemkab Bojonegoro telah menyiapkan asuransi pertanian. “Asuransi pertanian yang didaftarkan adalah mereka yang punya kartu petani mandiri. Tapi sejauh ini belum ada yang mengajukan klaim asuransi pertanian,” pungkasnya.
Editor : Arif Ardliyanto