SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya mengajak seluruh masyarakat kota untuk menciptakan suasana damai dan harmonis saat Pemilu 2024. Pemilu merupakan sebuah perintah konstitusi yang penting untuk dijalankan, sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 22E ayat (2) Undang-Undang Dasar.
"Pemilihan Umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah," kata Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Surabaya, KH Umarsyah.
Umarsyah menegaskan bahwa Pemilu merupakan agenda rutin yang dijalankan setiap lima tahun sekali. Oleh karena itu, ia menekankan perlunya menghadapi Pemilu sebagai sebuah proses yang wajar dan tidak perlu menimbulkan kegaduhan.
"Sudah rutin diselenggarakan setiap lima tahun. Sehingga harus disikapi sebagai hajatan yang rutin, menjadi kebiasaan yang tidak perlu mengagetkan," tambahnya.
Dengan demikian, upaya menjaga kedamaian dan ketertiban saat Pemilu menjadi tanggung jawab bersama bagi seluruh elemen masyarakat Kota Surabaya.
“Perbedaan itu fitrah manusia. Termasuk perbedaan bahasa, perbedaan warna kulit. Sama seperti perbedaan keyakinan, ada perbedaan dalam pilihan politik,” jelasnya.
Tetapi perbedaan dalam pilihan politik, juga tergolong biasa-biasa saja. Bahkan budaya di pondok pesantren NU, sering terjadi perbedaan dalam menentukan status hukum. “Dalam bahtsul masail, dan berbagai halaqah, perbedaan itu biasa, selalu ada tasamuh (saling menghargai),” tambah KH. Umarsyah.
Hingga saat ini, tidak pernah terjadi adanya perbedaan berlangsung selamanya. Selalu ada waktu akhir. Kalau sudah ditemukan dasar hukum yang diakui lebih kuat, maka wajib disepakati. “Ketika sudah dicapai kesepakatan, maka perbedaan itu harus diakhiri,” pungkasnya.
Politik bagi Nahdliyin, merupakan paradigma ber-kebangsa-an. Wujud dari kemerdekaan untuk mewujudkan kemaslahatan seluruh umat.
Wawasan politik kebangsaan, dinyatakan PCNU Kota Surabaya, dalam menerima kunjungan audiensi mahasiswa Universitas Airlangga. Kunjungan dalam rangka pemantauan Pemilu bertema “Election watch 2024: International Student’s Exploration of Indonesia’s Trajectory to Democracy.”
PCNU sekaligus berpesan untuk mewujudkan partisipasi coblosan yang lebih baik. Mengajak masyarakat berbondong-bondong menuju TPS untuk menggunakan hak pilih. Partisipasi Pemilu tahun 2024, harus lebih baik dibanding tahun 2019 lalu, yang sudah mencapai 82%.
“Mari kita menuju TPS dengan perasaan Bahagia, dalam suasana persaudaraan, tawadlu’ dan tasamuh (saling menghargai),” kata Sekretaris PCNU Kota Surabaya, Ir. H. Masduki Thoha.
Dijelaskan Masduki Thoha, PBNU telah men-sosialisasi Nawacita Politik sebagai arahan untuk Nahdliyin (warga NU). Nawacita merupakan Sembilan pedoman berpolitik warga NU yang direkomendasikan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama tahun 2023. Yakni, sebagai partisipasi keterlibatan warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menjadi hak setiap warga negara. Prinsip kedua, adalah keutuhan kebangsaan. Ketiga, sebagai wujud kemerdekaan untuk mendidik warga mencapai kemaslahatan. Keempat, akhlaqul karimah. Kelima, kejujuran berdasar moralitas agama, kostitusional, dan adil.
Prinsip keenam, politik untuk memperkuat konsensus nasional. Ketujuh, menghindari perpecahan bangsa. Kedelapan, visi ukhuwah (persaudaraan), tawadlu’ dan saling menghargai (tasamuh). Serta kesembilan, mewujudkan masyarakat mandiri mampu sebagai mitra pemerintah.
“Visi Nawacita politik NU, wajib menjadi pedoman warga NU dimana saja, kapan saja. Terutama prinsip ukhuwah, dan saling menghargai walau terdapat perbedaan pendapat,” papar H Masduki.
Bahkan di kalangan warga NU, niscaya terjadi perbedaan. Karena NU meliputi 56,9% dari total jumlah rakyat Indonesia (sekitar 158,5 juta jiwa), dengan beragam latar belakang pendidikan, bahasa, dan kultur.
“Sehingga ukhuwah, dan tasamuh (saling menghargai), menjadi sikap wajib, dan telah membudaya di kalangan NU,” tambahnya.
Editor : Arif Ardliyanto