get app
inews
Aa Text
Read Next : Tragis! Pengemudi Taksi Online Korban Begal di Surabaya Meninggal Dunia, Ini Pernyataan PDOI Jatim

Mantan PM Belanda Dries van Agt dan Istrinya Meninggal, Bergandengan Tangan Minta Disuntik Mati

Jum'at, 16 Februari 2024 | 21:20 WIB
header img
Mantan PM Belanda Dries van Agt dan Istrinya Meninggal Dunia dengan Bergandengan Tangan. Foto iNewsSurabaya/ist

BELANDA, iNewsSurabaya.id - Berita mengenai mantan Perdana Menteri Belanda, Dries van Agt, telah menciptakan gelombang emosi setelah kabar kematiannya melalui euthanasia atau suntik mati sah bersama istrinya tercinta. Keduanya, yang telah menikah selama lebih dari tujuh puluh tahun, meninggal sambil bergandengan tangan di kampung halaman mereka di Nijmegen awal bulan ini.

Dikutip dari Okezone, sesuai pengumuman yang menggugah hati dari The Rights Forum, organisasi hak asasi manusia yang didirikan oleh Agt, disampaikan bahwa pasangan tersebut telah memilih untuk meninggalkan dunia ini setelah menderita kesehatan yang memburuk selama beberapa waktu. Agt, yang menjabat sebagai PM Belanda dari tahun 1977 hingga 1982 dan menjadi pemimpin pertama dari partai Christian Democrat Appeal, meninggalkan warisan yang mendalam dalam politik dan advokasi hak asasi manusia.

"Dalam konsultasi dengan keluarga dekat, kami mengumumkan bahwa pendiri dan ketua kehormatan kami Dries van Agt meninggal dunia pada Senin, 5 Februari," demikian bunyi pernyataan pers yang menggambarkan momen terakhir Agt dan istrinya, Eugenie van Agt-Krekelberg, yang disebutnya sebagai "gadisku".

Kisah cinta dan kesetiaan mereka yang telah bertahan selama puluhan tahun menjadi inspirasi bagi banyak orang, sementara keputusan mereka untuk memilih euthanasia menyoroti kompleksitas dan kontroversi yang terkait dengan isu tersebut. Meskipun meninggalkan dunia ini, Agt dan istrinya meninggalkan jejak yang tak terlupakan dalam sejarah Belanda dan di hati orang-orang yang menghormati mereka.

Sesuai siaran pers, Agt menderita pendarahan otak pada 2019 dan tidak pernah pulih sepenuhnya.

Dikutip The Guardian, Direktur organisasi nirlaba Gerad Jonkman tentang pilihan euthanasia, mengatakan pasangan suami istri itu sakit parah, tetapi tidak bisa hidup tanpa satu sama lain.

Kematian mereka kini dilihat sebagai bagian dari tren yang berkembang di Belanda untuk melakukan "duo euthanasia", atau dua orang yang menerima suntikan fatal secara bersamaan. Menurut outlet tersebut, 29 pasangan memilih untuk bunuh diri dengan bantuan euthanasia pada 2022, naik dari 16 pasangan yang pada 2021 dan 13 pasangan pada tahun sebelumnya.

Elke Swart, juru bicara Expertisecentrum Euthanasie, yang mengabulkan permintaan euthanasia bagi sekitar 1.000 orang per tahun di Belanda, mengatakan permintaan pasangan mana pun untuk kematian yang dibantu diuji berdasarkan persyaratan yang ketat secara individu, bukan secara bersama-sama.

“Minat terhadap hal ini semakin meningkat, namun masih jarang terjadi,” katanya, seperti dilansir The Guardian.

"Ini murni kebetulan bahwa dua orang menderita tak tertahankan tanpa prospek bantuan pada saat yang sama dan mereka berdua menginginkan euthanasia," tambahnya.

Seperti diketahui, euthanasia telah dilegalkan di Belanda sejak 2002 karena enam kondisi. Yakni penderitaan yang tak tertahankan, tidak ada prospek untuk mendapatkan keringanan, dan keinginan untuk mati secara independen dan sudah lama ada.

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut