Terbongkar, Wayne Rooney Sengaja Tajamkan Pul untuk Lukai John Terry

SURABAYA, iNews.id – Siapa yang tak kenal Wayne Rooney, mantan pemain timnas Inggris. Dalam dunia sepak bola, Wayne Rooney memiliki banyak prestasi dan dikenal sebagai bomber yang mematikan.

Dibalik sepak terjang Wayne Rooney, ada sisi-sisi lain yang jarang sekali diketahui orang. Wayne Rooney memiliki perilaku temperamen, mabuk alkohol, hingga kehidupan pribadinya yang kerap dipenuhi dengan skandal seks.

Bukan hanya itu, Wayne Rooney dalam sebuah wawancara persiapan peluncuran film dokumenter karirnya, pemain berjuluk Wazza itu mengaku pernah dengan sengaja mengganti pul (gerigi pada alas sepatu bola) dengan yang lebih tajam. Anehnya, pul tersebut dipasang dengan tujuan untuk melukai John Terry pada tahun 2006 lalu.

“Untuk pertandingan itu, Aku sengaja mengganti (pul) dengan yang lebih besar, panjang, dan berbahan metal. Ukuran maksimal yang bisa digunakan. Karena Aku ingin melukai seseorang,” katanya seperti dilansir dari standard.co.uk.

Aksi pria yang kini melatih Derby County itu menghasilkan luka lubang pada kaki kapten timnas Inggris, John Terry dan mengharuskannya pulang menggunakan alat penyangga tubuh.

Dilansir dari talksport.com, Rooney melakukan itu bukan tanpa alasan, sebab Chelsea merupakan tim yang kuat saat itu. Rooney dan seluruh skuad Manchester United (termasuk Sir Alex) saat itu sadar jika Chelsea menang dalam pertandingan itu, maka gelar juara Liga Primer akan menjadi miliki mereka. Tak mau kehilangan kesempatan Rooney pun melakukannya.

“Tidak ada yang lebih membuat frustasi selain waktu itu. Ada Jose Mourinho, JT (Terry), Lampard, dan mereka punya tim yang kuat,” jelas bintang The Three Lions itu.

Pengakuan Rooney ini langsung mendapat respon dari Terry. Di akun twitter pribadinya, gelandang yang identik dengan nomor punggung 8 itu membalas sebuah cuitan berita dengan komentar “Inikah saat kau meninggalkan bekas pul di kakiku?,” cuitnya seraya bergurau.

Terry tidak menganggap kejadian itu sebagai sebuah masalah besar dan memilih untuk melupakannya.

Editor : Arif Ardliyanto