SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Dua tahun berlalu sejak Eri Cahyadi memegang tampuk kepemimpinan sebagai Walikota Surabaya, namun sorotan terhadap kinerjanya belum reda. Meski telah mencapai beberapa prestasi, namun kritik serta keraguan terhadap pencapaian janji-janjinya masih terus bergema.
Salah satu janji yang paling diantisipasi adalah penanganan banjir yang sering meresahkan warga Surabaya, terutama di musim hujan. Meskipun proyek strategis telah diinisiasi, namun realisasi penanganan banjir masih belum memuaskan, meninggalkan kekecewaan di kalangan masyarakat.
Mochammad Rizky Ekandana, Sekretaris Umum HMI Cabang Surabaya, menyuarakan kekecewaannya terhadap penanganan banjir yang belum optimal. Menurutnya, penanganan yang belum maksimal menimbulkan pertanyaan mengenai prioritas dan kredibilitas kepemimpinan Eri Cahyadi.
Selain itu, janji pembangunan rumah susun untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) juga menjadi sorotan. Meskipun diumumkan sebagai program prioritas, namun hingga saat ini, realisasi pembangunan masih terkendala, menunjukkan kurangnya koordinasi dan kesigapan Pemerintah Kota Surabaya.
Tak hanya infrastruktur, program pendidikan yang diusung Eri Cahyadi juga belum menunjukkan dampak yang signifikan. Program Surabaya sebagai kota pendidikan belum sepenuhnya meresap, meninggalkan pertanyaan akan efektivitasnya dalam meningkatkan kualitas pendidikan di kota ini.
"Kritik terhadap gaya kepemimpinan Eri Cahyadi juga tak terelakkan. Beberapa pihak menilai bahwa Eri lebih cenderung bermain kata-kata daripada menangani permasalahan secara substansial. Perbandingan dengan gaya kepemimpinan sebelumnya, seperti Risma, pun seringkali muncul dalam perbincangan publik," katanya.
Dengan berbagai sorotan dan kritik yang mengiringi dua tahun kepemimpinan Eri Cahyadi, masyarakat Surabaya menantikan langkah-langkah lebih konkret dan efektif untuk memenuhi janji-janjinya dan meningkatkan kualitas hidup warga kota.
Masalah pengelolaan aset yang tidak transparan pun menjadi persoalan yang disoroti Sekretaris Umum HMI Cabang Surabaya ini. Ekandana meninjau bahwa transparansi pengelolaan aset oleh Pemkot perlu dibuka, agar warga Surabaya mengetahui.
“Pengelolaan aset maupun pengambilalihan aset oleh Pemkot perlu dijabarkan secara transparan, bagaimana aset tersebut memberikan sumbangsih kepada APBD, Jika tidak ada transparansi oleh Pemkot sudah bisa dipastikan bahwa tingkat kepercayaan warga akan menurun. Pandangan saya, saat ini warga Surabaya sudah tidak percaya lagi, karena minim keterbukaan,” pungkasnya.
“Transparansi itu penting. Selain jelas arahnya ingin ke mana, warga juga tahu pemerintah kota ini kerjanya apa, tanggung jawabnya apa,” tambahnya.
Masyarakat Surabaya berharap Eri Cahyadi dapat bekerja lebih keras dan menepati janji-janjinya. Pemkot Surabaya perlu meningkatkan koordinasi, komunikasi, dan transparansi dalam menjalankan program-programnya.
“Harapan ke Pak Eri tentu menjadi kosong jika melihat performanya di penghujung masa baktinya. Saya kira warga Surabaya juga sudah melihat apa yang sudah dihasilkan oleh pemkot Surabaya yang dipimpin Pak Eri. Apakah itu cukup? Saya rasa masih jauh. Warga Surabaya nyatanya butuh pimpinan yang memang bermental pemimpin, cak-cek dalam bekerja. Bukan yang hanya pintar bicara,” pungkas Ekandana (08/03/24).
Editor : Arif Ardliyanto