get app
inews
Aa Text
Read Next : Ecoton Desak Perjanjian Global untuk Kurangi Produksi dan Polusi Plastik

Luar Biasa, Suara Lantang Pegiat Lingkungan Aeshnina Bikin Delegasi Negara Uni Eropa Geleng-geleng

Selasa, 30 April 2024 | 10:53 WIB
header img
Pegiat lingkungan Aeshnina Azzahra Aqilani saat menyampaikan pendapatnya dalam acara The Social Forum of The Human Right Council, di Ottawa Kanada. Foto/Dok Pribadi

KANADA, iNewsSurabaya.id - Luar biasa, suara lantang pegiat lingkungan Aeshnina Azzahra Aqilani bikin delegasi negara-negara Uni Eropa geleng-geleng. Meskipun masih duduk di bangku SMA, Nina cukup lihai dalam memaparkan kondisi lingkungan di Indonesia. 

Tidak main-main, uneg-uneg yang dilontarkan oleh Nina dalam acara The Social Forum of The Human Right Council mendapat perhatian serius dari peserta. 

Forum pertemuan antara Delegasi negara-negara anggota Uni Eropa dan anggota Society of Native Nations di Ottawa Kanada itupun gempar.

Pada kesempatan emas ini, Nina meminta negara Uni Eropa pengirim sampah plastik seperti Belanda, Jerman, Perancis, Italia, Norwegia dan Denmark menghentikan ekspor sampah plastik.

"Negara-negara tersebut harus bertanggungjawab melakukan rehabilitasi dan pemulihan ekosistem yang telah tercemar akibat aktivitas daur ulang sampah plastik dari negara Uni Eropa," ujarnya.

Menurut Nina, mikroplastik dan bahan berbahaya pengganggu hormon mencemari sungai Brantas, Kali Porong dan Kali Surabaya akibat daur ulang sampah kertas dan plastik dari negara-negara Uni Eropa. 

"Jadi mereka harus ikut bertanggungjawab atas kerusakan lingkungan yang di rasakan di Indonesia. Sungguh tidak adil bahwa kita negara berkembang harus mengolah sampah dari negara maju," tegasnya saat menyampaikan unge-unegnya didepan delegasi negara-negara Uni Eropa, pada Sabtu Sore (27/4/2024) atau Minggu Dini Hari Waktu Indonesia Barat.

Society of Native Nations (organisasi yang didirikan oleh sekelompok kecil penduduk asli di Texas dengan anggota di banyak negara bagian yang berdedikasi untuk melakukan advokasi bagi masyarakat dan bumi dengan membantu melindungi dan melestarikan budaya, spiritualitas, ajaran, pengobatan, dan cara hidup asli). 

Society of Native Nations beranggotakan Bangsa atau suku Asli Indian Native Amerika Tongva, Chumash, Borrado, Tewa, Mexica, Navajo, Purepecha, Seneca, Ohlone, Tobotolobal, Nakoda, Lakota, Cherokee, Chichimeca, Choctaw, Mohawk, Lenca, Pipil , Carrizo/Comecrudo, Assiniboine, Coahuiltecan, Kickapoo, A'aninin, Kumeyaay, dan Apache.

Dalam kesempatan ini masing-masing suku yang menjadi anggota Society of native nation memaparkan dampak aktivitas industri petrichemical pada lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Aeshnina Azzahra Aqilani berkesempatan memaparkan dampak ekspor sampah dari negara maju ke Indonesia. 

“Bersama River Warrior Indonesia saya menemukan dampak lingkungan akibat sampah impor dari negara maju diantaranya pembakaran sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang. Sampah-sampah plastik ini menyebabkan timbulnya polusi dioksi yang menyebabkan gangguan pada pernafasan dan sakit paru-paru ” ungkap Nina. 

Lebih lanjut Aeshnina menjelaskan, setiap tahun ada lebih dari 5 juta ton sampah kertas dan jutaan ton sampah plastik yang didaur ulang di Indonesia.

Padahal, kata dia, industri daur ulang tidak memiliki kapasitas pengolahan limbah yang baik, sehingga mengakibatkan pencemaran mikroplastik dan bahan aditif plastik di perairan. Padahal air sungai yang dibuangi limbah pabrik daur ulang menjadi bahan baku air minum merupakan irigasi untuk perikanan ribuan Hektare tambak di Sidoarjo.

“Ini tidak adil. Negara maju harus menghentikan mengirim sampah plastiknya ke Indonesia dan negara berkembang lainnya di ASEAN. Negara di Eropa tahu jika daur ulang itu kotor dan membutuhkan energi tinggi dalam proses kerjanya," tegas Nina.

 
Siswi Kelas III SMA  Muhammadiyah 10 Gresik ini pun memaparkan fakta bahwa banyak industri daur ulang di Eropa yang tutup lantaran high cost, dan minimnya permintaan plastik hasil daur ulang karena virgin plastik lebih murah.

Untuk itu Aeshnina meminta negara Uni Eropa pengirim sampah plastik seperti Belanda, Jerman, Perancis, Italia, Norwegia dan Denmark menghentikan eksport sampah plastik. Mereka harus bertanggungjawab dengan melakukan rehabilitasi dan pemulihan ekosistem yang telah tercemar akibat aktivitas daur ulang sampah plastik dari negara Uni Eropa.

Diakhir acara Aeshnina menyerahkan surat protes kepada Delegasi Norwegia, Erlend Arneson Haugen. Programme Officer Plastic Pollution Norwegian delegation to the plastic pollution INC Secretariat, High Ambition Coalition to End Plastic Pollution Royal Norwegian Embassy. 

“Saya akan meneruskan surat ini kepada anggota yang lain,” kata Erlend kepada Aeshnina.

Editor : Ali Masduki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut