SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Di Indonesia, peringatan Hari Buruh Sedunia atau May Day yang digelar setiap tanggal 1 Mei pernah dilarang semasa pemerintahan Orde Baru. Pelarangan tersebut karena peringatan May Day dianggap kekiri-kirian dan identik dengan komunisme.
“Orde Baru memang gemar menstigma segala sesuatu yang berorientasi pada partisipasi rakyat sebagai komunis. Sebuah stigma yang ngawur dan tidak berdasar,” kata Ketua Komite Pusat Serikat Perjuangan Buruh Indonesia (SPBI), Andy Irfan Junaidi, Rabu (1/5/2024).
Setelah reformasi tahun 1998, pemerintah kembali mengizinkan diadakanya kembali peringatan May Day, seiring dg diundangkannya kebebasan berserikat bagi buruh. Dan akhirnya, gerakan buruh menemukan momentumnya untuk bangkit kembali. “Tetapi, hal ini bukan berarti perjuangan buruh menjadi lebih mudah,” imbuhnya.
Apabila di era Orde Baru buruh dihantam dengan kekerasan yang brutal dan mematikan, kata dia, maka di era reformasi, buruh dicekik dengan liberalisme ketenagakerjaan yang memiskinkan dan melemahkan.
Selama reformasi lima kali Pemilu telah berlalu, tapi regulasi ketenagakerjaan justru semakin buruk. Dan yang paling buruk adalah di era Presiden Joko Widodo yang akan dilanjutkan Presiden Prabowo.“Pemerintahan Joko Widodo yang anti demokrasi dan gemar melanggar konstitusi dengan sangat antusias telah mengesahkan UU (Undang-Undang) Cipta Kerja,” terangnya.
Dia menjelaskan, dalam UU Cipta Kerja, perusahaan akan dengan mudah melakukan perekrutan buruh. Sebaliknya, pengusaha juga akan dengan mudah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Itulah dua prinsip yang dilegalkan dalam UU Cipta Kerja klaster ketenagakerjaan.
“Sistem kerja kontrak, out sourcing, Upah Murah, kemudahan PHK, Pesangon yang rendah dan Pemberangusan Serikat adalah ancaman nyata yang dibawa Presiden Jokowi dan penerusnya melalui UU Cipta Kerja,” terangnya. “Terlaknatlah mereka yang mendukung UU Cipta Kerja. Kami kaum buruh mengutuk dan melaknat mereka !', tegas Irfan.
Ketua SPBI Malang Raya, Imam Hanafi menambahkan, 1 Mei bukanlah perayaan hura-hura tanpa makna. Kaum buruh memperingati 1 Mei untuk memperkuat persatuan dalam perjuangan meraih kesejahteraan. “Peringatan 1 Mei menyadarkan bahwa seluruh buruh adalah bersaudara dalam perjuangan dan perlawanan menghadapi kedzaliman,” katanya.
Sementara itu, Pimpinan SPBI Kota Malang, Misdi mengaku, perjuangan buruh akan terus ada dan berllipat ganda. Pihaknya tidak akan takut dan lelah untuk terus melawan pemerintah yang tidak pernah berpihak kepada buruh. “Cabut UU Cipta kerja sekarang juga. Waspadalah Orde Baru telah dibangkitkan kembali, ayo seluruh rakyat Indonesia bersatu melawan Rezim Anti HAM dan anti Rakyat. Cabut UU Cipta Kerja dan segala aturan-aturan turunannya. Hidup Buruh, Hidup Rakyat,” tegasnya.
Editor : Arif Ardliyanto