get app
inews
Aa Read Next : Komunitas Disabilitas Difa Laras, Bawakan Kesenian Karawitan Memperingati Hari Lanjut Usia nasdional

Mengenal Difa Laras, Komunitas Seniman Para Difabel

Senin, 27 Mei 2024 | 19:58 WIB
header img
Difa Laras didirikan dengan tujuan melestarikan budaya karawitan Jawa sekaligus memberikan apresiasi kepada seniman disabilitas. Foto : Sigit

SURABAYA, iNewsSurabayaid - Komunitas Difa Laras adalah sebuah komunitas karawitan yang beranggotakan teman-teman difabel. Komunitas ini berada di bawah naungan BKKKS ( Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial) sebuah organisasi yang fokus menangani masalah sosial kemasyarakatan dan kemiskinan. Gedung BKKKS dan komunitas Difa Laras berlokasi di Jalan Raya Tenggilis Blok GG No. 10, Tenggilis Mejoyo, Surabaya, Jawa Timur.

Difa Laras didirikan dengan tujuan melestarikan budaya karawitan Jawa sekaligus memberikan apresiasi kepada seniman disabilitas yang berprestasi dan berjasa dalam pengembangan seni. "Komunitas ini tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga menjalin kerjasama dengan sanggar seni serta berbagai instansi atau lembaga terkait untuk memperkenalkan komunitas kami," ujar Pak To, Ketua Komunitas Difa Laras.

Setiap tahun, komunitas ini mengadakan pementasan pada Hari Disabilitas Internasional (HDI) yang jatuh pada tanggal 3 Desember. "Kami juga menerima tawaran untuk tampil di berbagai acara besar," tambah Pak To. Ivan, seorang mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG), menyatakan, "Komunitas ini memiliki potensi besar untuk membantu para disabilitas meningkatkan kepercayaan diri dalam berkarya seni."

Komunitas Difa Laras mendapat dukungan dari enam mahasiswa Untag yang membantu dalam pembuatan website dan media sosial. Komunitas ini didirikan oleh tiga orang, Suwoto, yang akrab disapa Cak To, Suparman, dan Isnawati. "Nama Difa Laras dicetuskan oleh Cak To. Difa berarti Difabel dan Laras berarti Nada. Jika dimaknai, Difa Laras adalah nada-nada para teman-teman disabilitas melalui karawitan ini," jelas Pak To.

Komunitas ini tidak hanya menjadi wadah bagi seniman difabel untuk berkreasi, tetapi juga menjadi simbol harmoni antara budaya tradisional dan inklusi sosial, memperlihatkan bahwa setiap individu, tanpa memandang keterbatasan, memiliki kemampuan untuk berkontribusi dalam melestarikan seni dan budaya.

Penulis : Muhammat Sigit Nurcahyo

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut