GRESIK, iNewsSurabaya.id - Pegiat lingkungan Ecoton mendorong Kementerian Agama Kabupaten Gresik dan Kementerian Kesehatan agar menambah uji materi bagi calon mempelai yang menjalani pemeriksaan kesehatan pranikah.
Untuk calon pengantin laki-laki ditambah cek kesehatan sperma dan perempuan untuk cek swab mikroplastik pada area kulit wajah.
Peneliti Ecoton, Rafika Aprilianti menuturkan pentingnya pembaruan materi bimbingan perkawinan bagi calon pengantin termasuk uji mikroplastik tidak hanya berfokus pada kesehatan reproduksi, tetapi juga pada kesehatan keluarga secara keseluruhan.
Mikroplastik yang masuk ke tubuh manusia melalui berbagai jalur seperti makanan, air, dan udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan hormonal, masalah perkembangan janin, dan penyakit kronis lainnya.
Rafika mengungkapkan, dalam jangka panjang kesehatan reproduksi yang terganggu oleh paparan mikroplastik dapat berdampak pada kesuburan, perkembangan janin, dan kesehatan anak-anak yang dilahirkan.
“Dengan memasukkan edukasi tentang bahaya mikroplastik dalam bimbingan perkawinan, calon pengantin akan lebih sadar dan lebih siap untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam menjaga kesehatan mereka dan keluarga mereka” terangnya.
Untuk itu, kata dia perlu mengintegrasikan uji mikroplastik dalam pemeriksaan kesehatan pranikah. Hal ini akan menjadi langkah awal yang penting untuk memastikan bahwa calon pengantin tidak hanya sehat secara umum tetapi juga bebas dari paparan mikroplastik yang berbahaya.
Selain itu, pemerintah melalui Kementerian Agama, perlu mewajibkan calon pengantin untuk hidup zerowaste 3 bulan sebelum menikah yaitu mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, meliputi sedotan, styrofoam, botol minum, kantong kresek, kemasan sachet dan popok berbahan plastik sekali pakai.
"Hal ini diusulkan untuk meminimalisir calon pengantin (laki-laki dan Perempuan) terpapar mikroplastik dan senyawa kimia penyusunnya, yang dapat mengganggu kesehatan reproduksi calon pengantin serta berpotensi mengganggu kesehatan calon bayinya nanti," terangnya.
Rafika melanjutkan, Pemerintah melalui Kementerian Agama juga dapat mengadakan edukasi untuk meningkatkan kesadaran publik yang intensif tentang bahaya mikroplastik.
"Ini bisa dilakukan melalui berbagai media, seminar, dan lokakarya yang melibatkan masyarakat luas, khususnya pasangan yang akan menikah," tuturnya.
Terkait uji sperma dan sek swab mikroplastik, Rafika menjelaskan bahwa saat ini Indonesia menjadi salah satu negara dengan konsumsi mikroplastik tertinggi di dunia, yaitu mengkonsumsi 15 gram per bulan, setara dengan 1 kartu ATM dari studi Cornell University dalam jurnal Environmental Science & Technology.
Sepanjang bulan Juli Ecoton telah melakukan penelitian mikroplastik pada udara di 5 Kabupaten/Kota di Jawa Timur.
Kelimpahan mikroplastik tertinggi yaitu di Kabupaten Gresik dengan jumlah 26,21 partikel/2 jam. Mikroplastik pada udara berpotensi besar masuk ke tubuh manusia.
“Harus ada pembaharuan dalam materi bimbingan perkawinan bagi calon pengantin termasuk uji mikroplastik, karena ini mengancam kesehatan reproduksi,” tandasnya.
Editor : Ali Masduki