SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Rexline Engineering Indonesia berhasil menuntaskan Basic Engineering Design (BED) untuk proyek pertambangan tembaga di Kalimantan Tengah, yang sedang dikembangkan oleh anak perusahaan Asiamet Resources, PT Kalimantan Surya Kencana (PT KSK).
Tonggak sejarah ini menandai langkah maju yang signifikan dalam proyek BKM dan merupakan bagian dari pekerjaan yang berfokus pada pengurangan biaya modal konstruksi awal proyek BKM. Cakupan kerja komprehensif yang dilakukan oleh Rexline difokuskan pada desain dan estimasi biaya material dan fasilitas penanganan proyek yang penting untuk efisiensi operasional proyek.
Area penanganan material mencakup Sirkuit Penghancuran 3 tahap, penggumpalan bijih, sistem konveyor sepanjang 620 m, dan sistem penghancur bergerak untuk penumpukan bijih tembaga di fasilitas Pelindian Timbunan BKM. Dengan memanfaatkan pengalamannya yang luas di industri batu bara Kalimantan Tengah, Rexline memiliki posisi yang unik untuk menavigasi persyaratan yang kompleks dari proyek BKM.
Rekam jejak perusahaan yang terbukti berkualitas dalam pengembangan infrastruktur berskala besar menggarisbawahi kemampuannya untuk melaksanakan proyek-proyek yang mematuhi standar efisiensi dan keselamatan yang tinggi.
Selain desain teknik, Rexline telah menyediakan estimasi biaya terperinci untuk pengadaan dan penyediaan peralatan untuk pemrosesan utama di sistem penanganan material serta biaya proyek untuk semua pasokan material yang terkait dengan desain pabrik pemrosesan.
Kemitraan antara Rexline dan Asiamet Resources memperkuat peran Rexline sebagai pemain kunci dalam pengembangan infrastruktur di sektor pertambangan Kalimantan Tengah. Kolaborasi ini menyoroti pentingnya memanfaatkan keahlian lokal untuk mencapai hasil yang sukses dalam proyek-proyek yang kompleks dalam konteks lokal.
Head office PT Rexline Engineering Indonesia yang berlokasi di Surabaya, Rizal Sholfiyah selaku Chief Operational Officer mengatakan, sistem penanganan material proyek BKM Copper terdiri dari 4 komponen utama.
Pertama, 3-Stage Crushing Plant. Desain dimulai dari tempat penyimpanan bijih Run of Mine (ROM) hingga ke Apron Feeder, Primary Sizer, Secondary Sizer, Tertiary Screen, dan Tertiary Sizer. Semua sistem konveyor penghubung mengadopsi desain internal Rexline. Kapasitas desain 600 ton per jam ditentukan oleh klien.
Kedua, sistem Aglomerasi Bijih atau Ore Agglomeration System. Bijih yang dihancurkan dimasukkan ke drum Aglomerasi bersama dengan larutan asam untuk mengondisikan bijih tembaga sebelum dikirim ke fasilitas pencucian tumpukan.
Ketiga, Overland Conveyor. Konveyor sepanjang 600 m yang dirancang untuk memindahkan bijih yang telah diaglomerasi ke fasilitas pelindian timbunan. Beberapa fitur khusus diperlukan dalam desain konveyor ini yang diakomodasi oleh Rexline.
Keempat yakni Heap Leach Stacking System. Terdiri dari sistem konveyor tripper tetap yang kemudian dipindahkan ke serangkaian konveyor bergerak “Grasshopper” melalui sistem penumpukan radial untuk penempatan bijih untuk pelindian tembaga.
Sedangkan yang kelima adalah Pasokan Peralatan dan Material. Rexline telah memberikan kepada Asiamet Resources Bill of Quantities (Bill of Quantities) yang sangat rinci dan estimasi biaya untuk semua peralatan dan material curah yang dibutuhkan untuk Sirkuit Penanganan Material.
"Semua komponen baja struktural dan sistem konveyor akan diproduksi oleh Rexline di workshop Fabrikasi yang berada di Kabupaten Lamongan Jawa Timur," ungkap Rizal.
Ia menjelaskan bahwa penyelesaian Basic Engineering Design membuka jalan bagi tahap Detailed Engineering Design (DED) proyek pertambangan tembaga. Tonggak penting ini secara resmi ditandatangani oleh Darryn McClelland, CEO Asiamet Resources, saat kunjungannya ke pabrik dan kantor Rexline Engineering Indonesia di Surabaya dan Lamongan pada tanggal 5 Oktober 2023.
Rizal Sholfiyah menyampaikan, bahwa untuk membangun sebuah konsep dasar sistem penanganan project membutuhkan komitmen yang kuat untuk mengkolaborasikan kerangka fikir antara Engineering, Procurement, dan tata Kelola (sumber daya) lokal agar hasil akhir dapat lebih efektif dan efisien.
"Hal ini Rexline Engineering Indonesia mampu membuktikan pencapaian yang signifikan dan mampu menjadikan kearifan lokal sebagai pintu kesuksesan perusahaan untuk project dalam negeri," tutupnya.
Editor : Ali Masduki