get app
inews
Aa Text
Read Next : Peringati Hari Santri, PCNU Surabaya Berangkatkan Pengurus Umrah, Ini Travelnya

Puncak HSN, PCNU Surabaya Adakan Istigasah Hingga Pentaskan Drama Kolosal Resolusi Jihad

Rabu, 23 Oktober 2024 | 12:00 WIB
header img
PCNU Surabaya Adakan Istigasah Hingga Pentaskan Drama Kolosal Resolusi Jihad. Foto iNewsSurabaya/trisna

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Perayaan Puncak Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) yang digelar PCNU Kota Surabaya berlangsung meriah. Ribuan warga dari berbagai wilayah di Surabaya tumpah ruah memadati area Tugu Pahlawan, Surabaya, Selasa (30/10/2024) malam.

Dalam peringatan HSN kali ini PCNU Surabaya menggelar berbagai kegiatan diantaranya istigasah, dan doa bersama. Selain itu juga ada pertunjukan drama kolosal bertajuk "Resolusi Jihad fii Sabilillah".

Penampilan Drama Kolosal ini didasarkan pada "Sejarah Resolusi Jihad NU, Perang Sabil di Surabaya Tahun 1945" karya Riadi Ngasiran. Sejarawan NU ini, sekaligus sebagai Supervisor Naskah yang disutradarai Heri Prasetyo Lentho, bersama Khwarizmi Aslamriadi, aktivis Teater Hampa dan Lesbumi NU Kota Malang sebagai Asisten Sutradara. 

Didukung para seniman Nahdliyin, serta para aktivis Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) NU di Surabaya. Bersifat kolosal karena melibatkan para santri dan murid-murid Madrasah dan sekolah di lingkungan Lembaga Pendidikan Ma'arif Kota Surabaya. 

Ketua PCNU Surabaya, Ir H Masduki Toha mengaku sangat berterima kasih kepada semua pihak yang mendukung terselenggaranya acara tersebut. Menurutnya, berkat kekompakan warga nahdliyin dan para pengurus PCNU Surabaya, rangakaian peringatan HSN sejak beberapa hari berselang hingga puncak acaranya bisa terlaksana.

Gus Duki, sapaan akrab mantan Wakil Ketua DPRD Surabaya tersebut bersyukur PCNU diberi kepercayaan lebih oleh PBNU untuk menggelar berbagai kegiatan memeriahkan HSN. Termasuk mementaskan drama kolosal yang melibatkan sekitar 250 orang. 

"Kami mendapat amanah PBNU untuk mementaskan Drama Kolosal menandai peristiwa bersejarah Resolusi Jihad NU, tanggal 22 Oktober 1945, yang kini ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional," tuturnya di lokasi peringatan HSN, Selasa malam (22/10/2024).

Selain pementasan drama kolosal, lanjut Gus Duki, PCNU Surabaya juga me-launching website pesantren surabaya yang digawangi oleh Lembaga Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI).

"Ini sebuah langkah progresif dimana kalangan nahdliyin sudah cukup melek dengan perkembangan teknologi dan akan terus kita kembangkan," katanya.

Dia menerangkan, berbagai kegiatan yang dilaksanakan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya, merupakan rangkaian dari berbagai aktivitas, ziarah muassis (pendiri) NU dan Pejuang Kemerdekaan di Surabaya. Juga diadakan bakti sosial, talk show tentang hukum dan keluarga masalah yang dilaksanakan lembaga-lembaga dan badan otonom (Banom) di lingkungan PCNU Kota Surabaya. 

"Kami berharap semua warga bangsa dan anak bangsa, tetap berani membela kepentingan bangsa dan negara di masa kini dan masa mendatang. Identitas sebagai bangsa yang merdeka harus menjadi bagian inspirasi kita berjihad di medan pengabdian di masyarakat," tutur Gus Duki.

Menurut Riadi Ngasiran, yang juga Tim Kerja Prasasti Monumen Resolusi Jihad NU di Surabaya, peringatan Hari Santri Nasional sebagai bagian penting menanamkan nilai-nilai sejarah bagi masyarakat, terutama generasi muda. 

"Dengan penanaman nilai-nilai sejarah itu, kelak masyarakat dan generasi muda paham akan eksistensi dan hati dirinya sebagai bangsa yang merdeka," tutur Tim Kerja Museum Nahdlatul Ulama ini. 

Dijelaskan dalam buku "Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama dan Perang Sabil di Surabaya Tahun 1945", tentang rentetan Resolusi Jihad NU hingga terjadinya Pertempuran 10 November 1945 yang menghebohkan dunia. 

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, tak lepas dari peran serta berbagai elemen masyarakat secara luas, termasuk di antaranya kaum santri, kiai dan orang-orang pesantren. Mereka secara organik tergabung dalam Laskar Hizbullah (beranggotakan santri), Laskar Sabilillah (beranggotakan kiai-kiai), yang terpanggil atas adanya Fatwa Jihad dari Kiai Muhammad Hasyim Asy'ari, Rais Akbar Nahdlatul Ulama (NU) dan menjadi pijakan keputusan PBNU ketika mengeluarkan Resolusi Jihad NU pada tanggal 22 Oktober 1945.

Laskar Hizbullah merupakan laskar beranggotakan santri, yang ketika zaman pendudukan Jepang (1944) telah dilatih dan digembleng di Cibarusah, dekat Bogor, seiring dengan terbentuknya tentara Pembela Tanah Air (PETA). Sehingga, ketika Bumi Pertiwi Republik Indonesia yang telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 mengalami ancaman dari Sekutu yang diboncengi tentara NICA (Belanda) maka darah para santri pun mendidih bersama Arek-Arek Surabaya.

Keterikatan spiritual antara Fatwa Jihad Kiai Hasyim Asy'ari (Bapak Umat Islam Indonesia) dan Resolusi Jihad NU -- sebagai panggilan berjihad dan Perang Sabil bagi para santri dan kiai pesantren--  terbukti ketika Bung Tomo dalam setiap pidato radio yang meledak-ledak untuk mengobarkan semangat juang Arek-Arek Surabaya, selalu diawali dengan Basmalah (Bismillahirrahmanirrahiim) dan Takbir (Allahu akbar) tiga kali.

Resolusi Jihad NU yang terbit pada tanggal 22 Oktober 1945 yang kini menjadi momentum peringatan Hari Santri Nasional menjadi katalisator Perang Sabil bagi kaum santri dan orang-orang pesantren pada Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut