get app
inews
Aa Text
Read Next : Takjil On The Road, Anak Kreatif Sampaikan Pesan Perdamaian Dunia

Mengenal Senjata Rahasia Rusia, ‘Poseidon’ Nuklir Mematikan yang Ditakuti Amerika

Selasa, 08 Maret 2022 | 11:27 WIB
header img
Presiden Vladimir Putin telah memerintahkan pasukan nuklir Rusia dalam siaga khusus

Serangan Rusia terhadap Ukraina bukan tanpa persiapan matang. Berbagai senjata telah dirancang untuk mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, seperti perang.

Rusia menyadari akan ada kekuatan negara yang mencoba mengganggu dirinya. Negara tersebut harus menghadapi kemungkinan-kemungkinan terburuk, seperti menerima kemungkinan terburuk berupa serangan nuklir.

Saat ini, Presiden Vladimir Putin telah memerintahkan pasukan nuklir Rusia dalam siaga "khusus". Pernyataan ini langsung meningkatkan kekhawatiran di seluruh dunia.

Sebagaimana diketahui, Rusia memiliki berbagai senjata nuklir taktis di gudang senjatanya. Senjata tersebut dapat dikirim dari platform laut, udara, dan darat. Satu diantara senjata yang paling menakutkan adalah 'Poseidon'. Nuklir ini masih menimbulkan rasa penasaran di kalangan pakar militer Barat. Namun, analis pertahanan terkemuka S.I. Sutton yakin Poseidon belum siap.

“Kami tidak percaya Poseidon telah dikerahkan. Sistemnya belum cukup siap,” katanya, menulis untuk Naval News.

Ia mengungkapkan, setidaknya hingga kini, tidak ada kapal selam yang "menjadi sarangnya" beroperasi sampai sekarang.

Sarov, misalnya, kapal selam uji yang dapat membawa satu putaran, saat ini dalam pelayanan/berpatroli. Sedangkan Belgorod, kapal lain, belum ditugaskan.

Dikutip dari Eurasiantimes, Poseidon adalah “torpedo otonom bertenaga nuklir antarbenua” atau drone kapal selam nuklir. Ini adalah torpedo besar yang mampu mendatangkan malapetaka di kota-kota pesisir.

Pengamat percaya, meskin dari segi kecepatan senjata ini lebih lambat dibandingkan dengan rudal balistik antarbenua, tetapi jika benar diluncurkan nyaris mustahil untuk membendungnya.

Torpedo Poseidon adalah salah satu arsenal Angkatan Laut Rusia yang sangat besar, dengan diameter sekitar 7 kaki dan berat sekitar 100 ton. Torpedo ini membawa muatan nuklir, bukan hulu ledak eksplosif tinggi standar.

Target utama Poseidon tidak seperti kebanyakan torpedo konvensional tidak harus berupa kapal permukaan atau kapal selam lainnya. Dengan muatan nuklir besar, torpedo itu malah akan menargetkan kota-kota pelabuhan besar yang penting untuk industri dan perdagangan, seperti yang ditemukan di sepanjang pantai timur dan barat Amerika Serikat.

Mendapat dukungan reaktor nuklir kecil, Poseidon memiliki jangkauan 10.000 kilometer untuk mengarungi lautan dunia. Meluncur dari Laut Barents atau perairan lain di Kutub Utara, drone bawah air itu bisa melintasi Atlantik Utara.

Jika diledakkan di lepas pantai Timur Amerika Serikat (AS), hulu ledak nuklir yang Poseidon bawa bisa menciptakan gelombang tsunami setinggi puluhan meter di samping kerusakan yang disebabkan oleh ledakan nuklir itu sendiri.

Itu sebabnya, Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat (AS) untuk Kontrol Senjata pada Juli 2021 mengatakan, Rusia harus berhenti mengembangkan Poseidon. Dia melihat Poseidon sebagai "konsep mengerikan".

Pada Maret 2019, Putin mengungkapkan, Poseidon dilengkapi dengan muatan konvensional dan nuklir serta bisa menghancurkan fasilitas infrastruktur musuh, kapal induk, dan target lainnya.

Pada Juli 2019, Kementerian Pertahanan Rusia merilis sebuah video yang menunjukkan fasilitas tempat drone itu dirakit, dan sebuah film animasi yang menunjukkan bagaimana drone digunakan dalam situasi perang yang sebenarnya.

“Drone memiliki beberapa keunggulan. Kapal selam dengan awak di atas kapal, tentu saja, adalah senjata yang kuat, tetapi ada batasan tertentu pada faktor manusia," kata mantan Kolonel Direktorat Intelijen Utama (GRU) Rusia Alexander Zhilin.

"Poseidon secara praktis bisa waspada dan melakukan tugas kapan saja,” ujar dia kepada Sputnik Radio di bawah kontrol Kremlin pada akhir Mei lalu seperti dikutip The Moscow Times.

Zhilin, Kepala Pusat Studi Masalah Keamanan Nasional Terapan Publik Universitas Lobachevsky, Rusia, menepis kekhawatiran tentang potensi kerentanan drone terhadap peretas dan cyberterrorist.

“Penampilan drone sekelas ini, tentu saja, membutuhkan banyak tanggungjawab karena dikelola melalui perangkat lunak. Jelas bahwa ada risiko tertentu ketika dalam operasi peretas dapat mencoba mengambil kendali," katanya.

Senjata jenis nuklir ini bisa dijatuhkan ke dasar laut oleh sebuah kapal selam atau kapal perang dan bisa melesat melewati pertahanan pantai hingga mencapai lokasi yang dituju. Kemudian, hulu ledaknya yang dirancang untuk meledak dan mengirimkan sebuah gelombang tsunami radioaktif ke sasaran di garis pantai.

"Tetapi, berbicara dengan insinyur dan desainer kami, saya sampai pada kesimpulan bahwa ada perlindungan besar-besaran terhadap gangguan eksternal,” ujar Zhilin kepada Sputnik Radio seperti The Moscow Times kutip.

Dengan kemampuan Poseidon yang bisa menyelam dalam, Rusia dapat melawan sistem pertahanan rudal AS dan memastikan pencegahan dengan kemampuan serangan kedua.

Rencananya, Rusia mengerahkan 16 drone Poseidon pada gugus tugas tempur Armada Utara. Dua kapal selam tujuan khusus, Belgorod dan Khabarovsk, akan membawa Poseidon. Kedua kapal selam itu dibangun di Sevmash, Severodvinsk.

Belgorod adalah kapal selam prototipe dari kapal selam bertenaga nuklir kelas-II Oscar. Meluncurkan pada April 2019 dan akan memulai uji coba laut dalam beberapa bulan.

Kapal selam kedua yang membawa Poseidon adalah Khabarovsk. Kapal selam prototipe khusus dari kapal selam rudal balistik generasi keempat Rusia kelas Borei.

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut