SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Lima mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yakni Talitha Amalia, Nova Arliza, Atha Aurynnia, Nur Laili Yulia, dan Gusti Ayu Made Kayika, menginisiasi sebuah kegiatan pengabdian masyarakat yang menarik perhatian. Di bawah bimbingan Dyva Claretta, dosen Ilmu Komunikasi, mereka menyelenggarakan diskusi film bertajuk "Diskusi Film Wedok: Relasi Kuasa dan Patriarki di Keluarga” pada 7 Desember 2024 di C2O Library & Collabtive, Surabaya.
Acara ini menjadi wujud kolaborasi antara mahasiswa, C2O Library & Collabtive, dan komunitas film Kinne Komunikasi. Tidak hanya sekadar diskusi film, kegiatan ini juga berperan sebagai refleksi dalam memperingati 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP).
Kampanye internasional ini berlangsung dari 25 November hingga 10 Desember, menghubungkan secara simbolik antara kekerasan terhadap perempuan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
“Film Wedok kami pilih karena mengangkat isu patriarki dalam keluarga, isu yang sangat dekat dengan kita, tetapi sering terabaikan. Tujuan kami adalah membuka perspektif baru tentang kajian gender melalui film ini serta mendalami aspek sinema dan pengambilan gambarnya,” ungkap Talitha, Ketua Pelaksana acara.
Diskusi menghadirkan dua narasumber dari UPN “Veteran” Jawa Timur, yaitu Ade Kusuma, dosen Ilmu Komunikasi, dan Reza Febrianto, mahasiswa Ilmu Komunikasi, yang memberikan wawasan mendalam dari dua perspektif berbeda: kajian sinema dan kajian gender.
Kegiatan diawali dengan pengenalan singkat C2O Library & Collabtive, sebuah ruang publik yang menawarkan berbagai buku dari sastra hingga sejarah. Setelah itu, audiens diajak menonton Wedok sebelum masuk ke sesi presentasi dan diskusi.
“Diskusi ini sangat interaktif. Audiens tidak hanya menyampaikan pendapatnya dengan kritis tetapi juga menggali lebih dalam isu-isu yang diangkat film,” ujar Ade Kusuma.
Banyak peserta memberikan apresiasi terhadap acara ini. “Sesi diskusi ini sangat membuka wawasan saya. Meski begitu, mungkin ke depan topik pembahasan bisa lebih variatif lagi,” komentar Ajeng, salah satu peserta.
Najib, peserta lainnya, menambahkan, “Diskusinya seru dan sangat informatif. Saya juga baru tahu ada tempat sekeren C2O Library di Surabaya.” lanjutnya.
Dengan semangat untuk memberantas stigma patriarki dan kekerasan terhadap perempuan, panitia berharap acara ini memberikan ilmu dan perspektif baru bagi audiens.
“Kami ingin masyarakat semakin sadar bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah pelanggaran HAM, dan patriarki adalah isu yang harus kita lawan bersama,” tutup Talitha.
Kegiatan seperti ini menjadi bukti bahwa diskusi dan seni, seperti film, dapat menjadi alat yang kuat untuk membangun kesadaran dan membawa perubahan.
Editor : Arif Ardliyanto