SURABAYA, iNews.id - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Luhut Binsar Pandjaitan berbicara tentang transformasi ekonomi Indonesia pasca pandemi Covid-19.
Topik tersebut dia jabarkan ketika menjadi narasumber pada seri kelima Leaders Talk Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga (UNAIR)
Luhut mengapresiasi bahwa perekonomian Indonesia tetap bisa tangguh sekalipun diterpa pagebluk Covid-19. Selain itu, menurutnya perekonomian masih sejalan dengan realisasi visi Indonesia menjadi negara maju sebelum 2045.
Beberapa faktor dari ketahanan itu adalah tingginya tingkat vaksinasi dan bagaimana Indonesia dapat memanfaatkan dinamika geopolitik untuk kepentingannya. Faktor kedua ia sematkan dalam konteks dampak perekonomian global dari konflik Rusia-Ukraina.
“Diprediksikan bahwa rata-rata pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia hingga 2045 adalah 5,8 persen per-tahun. Namun apabila Indonesia dapat menjawab problematika global dengan inovasi yang transformatif, diharapkan Indonesia dapat mencapai PDB rata-rata 7,2 persen per-tahun,” tegas Luhut pada Jumat (11/3/2022) di Aula Garuda Mukti UNAIR.
Hilirisasi Industri
Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Joko Widodo berupaya memperluas lingkup industri via hilirisasi. Hal ini berarti bahwa Indonesia tak akan hanya memproduksi bahan mentah, namun juga memproduksi produk olahan dari bahan tersebut.
Contoh yang Luhut elaborasikan adalah industri nikel, dimana Indonesia adalah produsen terbesar sedunia. Luhut berharap, hilirisasi industri ini akan memeratakan sentra perekonomian Indonesia agar tidak Jawasentris.
“Kita nanti harapannya dapat memiliki industri baterai dari nikel yang kita produksi yang akan berguna untuk mobil listrik. Penguasaan industri dari hulu hingga hilir nanti akan memperkecil defisit ekspor Indonesia. Selain itu ia selaras dengan semangat green energy,” ujar Koordinator PPKM Jawa-Bali itu.
Digitalisasi
Luhut memaparkan bahwa Indonesia akan memperkokoh infrastruktur serta program digitalisasi guna mewujudkan perekonomian Indonesia yang lebih efisien. Ada beberapa sektor perekonomian yang akan ditransformasikan ke jagad digital.
Pertama, integrasi barang dan jasa dengan produk dalam negeri. Kedua, integrasi pengelolaan ESDM untuk optimalisasi pendapatan negara. Ketiga, integrasi laju pelabuhan dalam negeri untuk optimalisasi perhubungan.
“Kami juga akan membangun infrakstruktur kabel bawah laut yang langsung menghubungkan dari Amerika Serikat langsung ke Jakarta. Tak boleh lagi urat nadi internet kita lewat Singapura agar lebih efisien. Jangan mau bangsa kita dikerdilkan,” tutur Luhut.
Tantangan Perubahan Iklim
Luhut mengatakan bahwa sumber energi Indonesia harus perlahan transisi dari fossil-based fuel. Oleh karena itu, segala potensi energi terbarukan di Indonesia harus dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Luhut menyinggung bahwa Indonesia memiliki potensi energi terbarukan di sektor energi surya, panas bumi, air, hingga angin.
Untuk itu, Indonesia menyematkan komitmen ambisius yakni mencapai carbon net zero per 2060 atau lebih cepat.
“Kita juga dianugerahi hutan dan mangrove yang besar dan mampu untuk menyimpan jumlah karbon yang banyak. Sektor itu dapat dimanfaatkan untuk penyimpanan yang berguna untuk perdagangan karbon,” katanya.
Reparasi Kualitas SDM
Cetak biru transformasi ekonomi pasca pandemi itu menurut Luhut hanya dapat direalisasikan dengan kualitas SDM yang berkualitas.
Menurutnya, Indonesia memiliki banyak sekali potensi di human capital, namun kualitas pendidikan yang kurang dibenahi menjadi faktor penghambat.
Oleh karena itu, Indonesia menggelontorkan banyak sekali beasiswa dan kerjasama pendidikan tinggi Indonesia dengan luar negeri, terutama di bidang sains, agar kualitas SDM dapat teramplifikasi.
Editor : Ali Masduki