SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Kebun Binatang Surabaya (KBS), ikon wisata satwa di tengah kota, menjadi magnet utama bagi puluhan ribu pengunjung pada musim libur Natal dan Tahun, Selasa (25/12/2024). Kawasan ini dipadati wisatawan hingga menimbulkan antrean kendaraan di sekitar Terminal Joyoboyo dan Jalan Diponegoro, Surabaya.
Kepadatan lalu lintas berhasil diurai perlahan berkat kerja sama petugas Dinas Perhubungan dan kepolisian setempat. Mereka mengarahkan kendaraan yang berdesakan mencari akses menuju KBS maupun ke pusat kota Surabaya.
Direktur Keuangan dan MSDM KBS, Muhammad Nahroni, mengungkapkan antusiasme pengunjung yang luar biasa selama libur Nataru (Natal dan Tahun Baru).
"Target kami selama libur Nataru ini sekitar 217 ribu pengunjung. Sejak tanggal 23 Desember hingga hari ini, sudah tercatat 34 ribu pengunjung. Bahkan hingga pukul 11.30 WIB tadi, tanggal 25 Desember, jumlah pengunjung sudah tembus 12 ribu orang," ujar Nahroni.
Menurutnya, salah satu daya tarik utama yang mendongkrak jumlah pengunjung adalah fasilitas baru berupa terowongan penyambung antara Terminal Intermoda Joyoboyo (TIJ) dan KBS. Fasilitas ini memudahkan akses bagi pengunjung, sekaligus memberikan kenyamanan tambahan.
"Terowongan TIJ-KBS ini sangat membantu. Pengunjung merasa nyaman, dan parkir pun terakomodasi dengan baik. Hari ini kami juga menambah loket untuk memastikan pengunjung mendapatkan tiket dengan mudah," tambahnya.
Salah seorang pengunjung asal Magetan, Ismail Marzuki, turut memuji fasilitas baru tersebut. Ia bersama keluarganya merasa terbantu dengan akses langsung dari terminal Joyoboyo ke KBS.
"Ini terobosan luar biasa. Meski musim liburan, akses ini mampu mengurangi kemacetan di sekitar KBS. Parkir nyaman, aksesnya juga mudah," kata Ismail.
Dengan lonjakan jumlah pengunjung, diharapkan KBS tidak hanya menjadi destinasi rekreasi, tetapi juga sarana edukasi yang meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelangsungan hidup satwa. Kehadiran pengunjung yang membludak diharapkan memberikan dampak positif bagi konservasi satwa di dalamnya.
Editor : Arif Ardliyanto