Kenapa Generasi Muda Pilih Tagar KaburAjaDulu? Dr. Gema Goeyardi Soroti Kesenjangan Ekonomi

SURABAYA, iNEWSSURABAYA.ID – Fenomena tagar #KaburAjaDulu kini tengah ramai diperbincangkan di media sosial, mencerminkan keresahan generasi muda Indonesia terkait situasi ekonomi, hukum, dan masa depan mereka di tanah air. Tagar ini menjadi suara ketidakpuasan yang semakin menguat di kalangan Gen Z, tetapi apakah ini sebuah solusi atau justru peringatan bagi bangsa?
Dr. Gema Goeyardi, pakar keuangan sekaligus pendiri Astronacci Group, memberikan pandangan kritis mengenai dua faktor utama yang menjadi pemicu fenomena ini: kegagalan pemerintah dalam memenuhi hak rakyat, dan ketidaksiapan masyarakat, khususnya Gen Z, dalam menjalankan kewajiban mereka.
“#KaburAjaDulu bukan hanya sekadar tren, melainkan refleksi dari ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban yang harus segera dicari solusinya,” jelas Dr. Gema saat wawancara dengan wartawan pada 24 Februari 2025.
Menurut Dr. Gema, masalah ini perlu segera dibahas antara pemerintah dan semua pihak terkait, termasuk masyarakat. “Solusi harus ditemukan secara bersama-sama agar tidak menambah beban ekonomi negara,” ungkapnya.
Menghadapi ketidakpastian ekonomi global yang memengaruhi Indonesia, Dr. Gema mengimbau agar pemerintah dan masyarakat terus berupaya mencari solusi konkret. “Fokus utama kita harus pada bagaimana mencegah #KaburAjaDulu semakin meluas, dan itu memerlukan langkah nyata dari pemerintah,” tambahnya.
Dr. Gema menyoroti beberapa faktor utama yang mendasari keresahan ini:
1. Hak Rakyat yang Tidak Terpenuhi
Masyarakat Indonesia berhak mendapatkan perlindungan hukum, keamanan, dan kesejahteraan ekonomi. Namun, kondisi saat ini menunjukkan adanya ketidakadilan hukum dan kesulitan ekonomi yang semakin memperburuk ketidakpercayaan terhadap sistem:
2. Ekonomi dan Pendidikan yang Tidak Berpihak pada Generasi Muda
Kondisi ekonomi yang sulit dan sistem pendidikan yang tidak relevan menjadi faktor pendorong utama munculnya fenomena ini:
Menurut Dr. Gema, pemerintah harus segera memperbaiki sistem pendidikan agar generasi muda lebih siap memasuki dunia kerja. “Pendidikan kita tidak mempersiapkan generasi muda untuk dunia kerja yang kompetitif,” tegasnya.
3. Kritik Terhadap Generasi Z: Hasil Instan Tanpa Proses
Selain kritik kepada pemerintah, Dr. Gema juga mengkritik generasi muda yang lebih memilih hasil instan dan seringkali kurang berusaha keras. Keinginan untuk cepat sukses tanpa melalui proses yang panjang menjadi tantangan besar dalam membangun masa depan yang lebih baik.
“Banyak dari mereka menginginkan gaji tinggi dan keseimbangan kehidupan kerja, namun tidak memiliki keterampilan yang cukup,” jelasnya. Menurutnya, meskipun tagar #KaburAjaDulu viral, jika tidak memiliki keterampilan, mereka tetap akan gagal, bahkan jika bekerja di luar negeri.
4. Pemerintah Harus Segera Tanggapi Isu Kesenjangan Ekonomi
Sebagai seorang pelaku bisnis, Dr. Gema menyoroti beberapa kegagalan sistemik yang harus segera diperbaiki, di antaranya adalah:
“Investor lebih memilih Vietnam atau Kamboja karena regulasi mereka lebih ramah terhadap bisnis. Banyak perusahaan asing yang hengkang dari Indonesia dan mendirikan pabrik di negara tersebut,” terang Dr. Gema.
Untuk mengatasi masalah ini, Dr. Gema mengajukan beberapa solusi praktis yang bisa dilakukan pemerintah dan masyarakat, antara lain:
“Dengan kebijakan yang berpihak pada generasi muda, Indonesia bisa menjadi lebih baik,” harap Dr. Gema.
Refleksi untuk Indonesia: Kerja Sama untuk Masa Depan
Fenomena #KaburAjaDulu seharusnya menjadi cermin bagi kita semua. Melarikan diri dari Indonesia bukanlah solusi jika kita tidak berubah. “Indonesia masih memiliki potensi besar, tapi kita harus bekerja sama, baik pemerintah maupun masyarakat,” tegas Dr. Gema.
Sebagai bentuk aksi nyata, Dr. Gema mengajak masyarakat untuk menyebarkan kesadaran ini, berdiskusi, dan mendorong perubahan positif di negeri ini. “Kami berharap pemikiran ini bisa diterima oleh lebih banyak orang, termasuk Presiden Prabowo, untuk bersama-sama membangun negara ini,” pungkasnya.
Editor : Arif Ardliyanto