get app
inews
Aa Text
Read Next : Marinir Gerak Cepat Bantu Evakuasi Warga Terjebak Banjir

Surabaya Terapkan Konsep Sponge City, Benarkah Sudah Bebas dari Banjir?

Minggu, 16 Maret 2025 | 13:03 WIB
header img
Timoticin Kwanda, dosen Architecture Petra Christian University (PCU). Foto/Humas PCU

SURABAYA - Dalam beberapa pekan terakhir, peringatan cuaca ekstrem kembali menggema di sejumlah wilayah Indonesia, termasuk Surabaya. Hujan lebat dan angin kencang menjadi ancaman serius, memicu kekhawatiran akan potensi banjir

Namun, di tengah tantangan tersebut, Surabaya mulai mengadopsi konsep Sponge City (Kota Spons) sebagai solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah banjir. Apakah langkah ini sudah cukup membuat Surabaya terbebas dari banjir?

Menurut Timoticin Kwanda, dosen Architecture Petra Christian University (PCU), banjir adalah masalah kompleks yang tidak bisa dilihat secara terpisah. 

"Banjir adalah masalah yang menyeluruh. Misalnya di Jakarta, jika resapan air di suatu daerah tidak mampu menampung air hujan, air akan mengalir ke kawasan yang lebih rendah," jelasnya.

Ia menambahkan, selain hujan lebat, faktor air pasang laut (rob) juga memperburuk kondisi banjir, terutama di kota-kota pesisir seperti Surabaya. 

"Air pasang mengalir ke sungai dan daratan. Ketika hujan datang, sungai meluap, dan air hujan tidak bisa mengalir ke laut. Akibatnya, banjir pun terjadi," ujar Timoticin.

Konsep Sponge City, yang telah diadopsi oleh beberapa kota besar di dunia, termasuk IKN Nusantara, menjadi harapan baru untuk mengurangi dampak banjir. 

"Konsep ini bertujuan meningkatkan penyerapan air hujan dengan memanfaatkan elemen-elemen seperti taman terbuka, danau penampungan air hujan (bozem), drainase yang menyerap air, dan green roofs pada bangunan," papar Timoticin.

Di Surabaya, konsep ini mulai diimplementasikan dengan pembangunan danau buatan dan kanal-kanal penampung air hujan. 

"Saluran air dari bangunan tidak langsung dibuang ke sungai, melainkan dialirkan ke kanal. Air tersebut kemudian disalurkan ke danau buatan dan dibuang ke laut setelah air pasang surut," jelasnya.

Timoticin juga menyoroti inovasi arsitektur hijau yang mulai diterapkan di Surabaya, seperti sistem harvesting tank (penampungan air hujan). 

"Sistem ini sesuai dengan Perwali Analisis Dampak Lingkungan Drainase. Air hujan ditampung di suatu wadah sebelum dibuang ke saluran kota, sehingga mengurangi beban pada drainase," ujarnya.

Selain itu, penggunaan green roof (atap hijau) juga menjadi solusi efektif. "Atap bangunan yang dirancang dengan green roof dapat menyerap air hujan dan mengurangi volume air yang mengalir ke saluran drainase," tambah Timoticin.

Meski Surabaya telah mengambil langkah signifikan, Timoticin menegaskan bahwa perencanaan kota harus terus fokus pada penyerapan air dan pengelolaan saluran air yang efisien. 

"Di tengah pesatnya pembangunan, konsep Sponge City perlu menjadi bagian dari strategi pembangunan kota-kota besar di Indonesia. Solusi berbasis arsitektur hijau ini dapat membantu mengurangi dampak banjir," tegasnya.

Dengan penerapan konsep Sponge City dan inovasi arsitektur hijau, Surabaya berharap dapat menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia dalam mengatasi banjir dan menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan.

Editor : Ali Masduki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut