Target Ekonomi Tumbuh 8 Persen, Komisi VII DPR RI Dorong Percepatan Kawasan Industri Ngawi

SURABAYA, iNEWSSURABAYA.ID – PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) menerima kunjungan Ketua Kelompok Fraksi (Kapoksi) Komisi VII DPR RI sekaligus anggota Badan Legislasi DPR RI, H. Bambang Haryo Soekartono (BHS). Dalam kunjungan tersebut, BHS menekankan pentingnya percepatan pengembangan Kawasan Industri Ngawi guna mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen, sebagaimana dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
BHS menyoroti peran vital kawasan industri dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif. Ia memastikan bahwa SIER, yang telah beroperasi selama 51 tahun, tetap menjadi pilar utama dalam industri strategis di Indonesia.
"Dengan perencanaan dan kebijakan yang tepat, kawasan industri dapat menjadi motor utama dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen," ujar BHS, Kamis (27/3/2025).
Sebagai legislator dari Fraksi Partai Gerindra, BHS mendorong ekspansi SIER tidak hanya di Surabaya, Sidoarjo, dan Pasuruan, tetapi juga di daerah lain. Salah satu yang menjadi prioritas adalah Kawasan Industri Ngawi yang akan mencakup lebih dari 1.000 hektare lahan industri baru.
Menurut BHS, Kawasan Industri Ngawi memiliki lokasi strategis dan sudah menarik perhatian investor asal China. Investor tersebut tertarik berinvestasi di sektor logam nonferrous dengan kebutuhan lahan sekitar 400 hektare dan proyeksi 10.000 tenaga kerja.
Saat ini, kawasan industri yang dikelola PT SIER di Surabaya dan Pasuruan sudah mendekati kapasitas penuh. Oleh karena itu, pengembangan kawasan industri baru menjadi langkah strategis untuk mengakomodasi kebutuhan investor.
"Lahan industri ini sudah diajukan ke Perhutani dua tahun lalu. Saat ini, dokumen Pertimbangan Teknis (Pertek) telah rampung dan hanya menunggu persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),” jelas BHS.
BHS menegaskan bahwa percepatan Kawasan Industri Ngawi sangat penting agar Indonesia tidak kehilangan peluang investasi ke negara kompetitor seperti Thailand dan Malaysia.
"Investasi dari China ini berpotensi menyerap 10.000 tenaga kerja. Jangan sampai lepas. Kita harus bergerak cepat. Belum lagi ada 10 investor lain yang juga tertarik berinvestasi di Ngawi," tegasnya.
Sebagai bagian dari upaya percepatan, SIER telah mengajukan 1.090 hektare lahan untuk proyek ini. Jika terealisasi, kawasan industri ini akan menjadi daya tarik bagi investor asing, terutama dari China, yang saat ini mencari lokasi baru akibat ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat.
BHS juga mengungkapkan bahwa pembangunan Kawasan Industri Ngawi telah masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN), sehingga pemerintah pusat memiliki komitmen kuat dalam mendukung realisasi proyek ini.
Selama ini, Ngawi dikenal sebagai lumbung pangan nasional. Dengan adanya kawasan industri baru, Ngawi berpotensi berkembang di sektor agroindustri, perkebunan, peternakan, hingga industri logam nonferrous.
Sementara itu, Direktur Utama PT SIER, Didik Prasetyono, menjelaskan bahwa pemilihan Ngawi sebagai lokasi kawasan industri didasarkan pada empat faktor utama:
1. Harga dan status tanah kompetitif
2. Ketersediaan infrastruktur memadai
3. Tarif air dan energi (termasuk gas) yang kompetitif
4. Potensi menarik Foreign Direct Investment (FDI)
"Pengembangan lahan baru sangat penting untuk menarik investasi asing. Ini tidak hanya mendorong pertumbuhan industri, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat," ujar Didik, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI) Indonesia.
Ia menambahkan bahwa persaingan global membuat Indonesia harus bergerak cepat dalam menyediakan kawasan industri. Dengan ketegangan dagang antara China dan Amerika Serikat, banyak industri yang mencari lokasi baru untuk relokasi. Jika Indonesia tidak sigap, peluang ini bisa diambil oleh negara lain.
Percepatan Kawasan Industri Ngawi menjadi langkah strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan adanya dukungan penuh dari Komisi VII DPR RI, pemerintah pusat, dan investor asing, proyek ini diharapkan dapat segera terealisasi dan menjadi motor penggerak ekonomi di masa mendatang.
Editor : Arif Ardliyanto